Kegagalan tim sepak bola Indonesia lolos ke Olimpiade meski mempunyai tiga peluang menjadi pukulan telak bagi sepak bola Indonesia. Tak hanya mengecewakan, hal ini juga menimbulkan pertanyaan serius terhadap keadaan dan persiapan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Tiga peluang yang diberikan akan memotivasi tim untuk memperbaiki kesalahan dan mengevaluasi strategi. Namun, ketika hasil yang diharapkan tidak tercapai, perlu mempertimbangkan dengan cermat faktor-faktor yang menjadi kendala dan bagaimana mengambil tindakan perbaikan di masa depan.
Tim Indonesia U-23 berlaga pada kualifikasi Olimpiade 2024 di INF Clairefontaine, Prancis. Laga melawan Guinea adalah harapan terakhir tim sepak bola Indonesia untuk lolos ke Olimpiade Paris. Akan tetapi, impian untuk mengakhiri 68 tahun penantian Indonesia berlaga di Olimpiade kembali pupus setelah kalah 0-1 dari Guinea di babak play-off Olimpiade 2024.Â
Dua penalti kontroversial mewarnai pertandingan ini. Satu-satunya gol Guinea diakibatkan oleh Witan Sulaeman yang melakukan pelanggaran kepada pemain Guinea Algassime Bah yang terjadi di luar kotak penalti. Namun, secara kontroversial wasit menghadiahkan tendangan penalti kepada Guinea pada menit ke-28 akibat pemain Guinea tersebut terjatuh di dalam kotak penalti.
Kontroversi yang terjadi sangat disayangkan karena pertandingan ini termasuk pertandingan internasional yang seharusnya dipimpin oleh wasit yang kompeten. Keputusan wasit tersebut dapat dimaklumi karena kejadian tersebut terjadi sangat cepat dan Algassime Bah  baru terjatuh ke kotak penalti setelah tersenggol oleh Witan. Sayangnya pada pertandingan ini tidak ada VAR yang dapat membantu wasit untuk mengambil keputusan dengan baik. Andai VAR digunakan pada laga penting tersebut, wasit pasti akan mempertimbangkan kembali keputusannya dan Indonesia bisa saja selamat dari hasil buruk.
Kejadian pada babak pertama terulang kembali pada babak kedua. Guinea mendapat hadiah penalti setelah Alfeandra Dewangga dianggap melakukan pelanggaran terhadap pemain Guinea. Jika dilihat kembali, Dewangga dapat menggapai bola dengan kakinya yang seharusnya tidak pelanggaran. Hal tersebut membuat Shin Tae-yong melakukan protes keras kepada wasit karena sudah dua kali merugikan Indonesia. Karena protes yang dinilai terlalu keras, wasit memberikan kartu merah untuk pelatih asal Korea Selatan tersebut.Â
Indonesia beruntung Guinea gagal mencetak gol kedua dari penalti. Indonesia terus mencoba mencetak gol setelah kejadian tersebut dan berusaha tetap fokus walaupun sudah tidak didampingi oleh Shin Tae-yong. Namun, skor tidak berubah sampai waktu habis yang membuat Indonesia harus merelakan tiket untuk bermain di Olimpiade Paris.
Selain kontroversi yang ada, penting untuk mengidentifikasi masalah utama yang mungkin menyebabkan kegagalan tersebut. Apakah karena persiapan fisik dan teknis para pemain, kurangnya dukungan dari federasi, atau mungkin kurangnya koordinasi antara pemain, pelatih, dan manajemen tim. Semua aspek tersebut harus dipertimbangkan secara matang untuk mencari solusi yang tepat. Selain itu, penilaian terhadap  kompetisi dan sistem pengembangan pemain di Indonesia juga harus dilakukan.Â
Dalam mengevaluasi sistem kompetisi lokal, penting untuk menentukan apakah liga dan federasi yang ada menyediakan tingkat kompetisi yang cukup tinggi. Persaingan yang kuat diperlukan untuk merangsang perkembangan pemain agar terbiasa bermain di lingkungan yang kompetitif dan penuh tuntutan.
 Pendekatan pengembangan pemain sejak dini juga menjadi faktor kunci penentu kesuksesan seorang pemain di level internasional. Program pengembangan pemain yang baik harus fokus pada pengembangan keterampilan dasar, pemahaman taktis serta aspek fisik dan mental. Penting juga untuk memastikan bahwa anak-anak  berbakat memiliki akses yang sama terhadap pelatihan dan fasilitas yang dibutuhkan untuk berkembang.Â
Mengidentifikasi dan mengembangkan potensi bakat memerlukan program observasi dan seleksi yang sistematis. Hal ini dapat dilakukan melalui turnamen dan kompetisi di tingkat lokal dan regional, serta melalui kerjasama dengan sekolah dan klub sepak bola. Pengembangan talenta juga harus didukung dengan pelatihan yang berkualitas dan program pembinaan yang terstruktur.
Kegagalan tim sepak bola Indonesia lolos ke Olimpiade harus dijadikan sebagai pembelajaran untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Bukan sekedar suksesnya turnamen, akan tetapi juga meletakkan landasan kokoh bagi masa depan sepak bola Indonesia. Seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemain, pelatih, federasi, dan pemerintah harus bekerja sama untuk menciptakan perubahan yang positif dan bertahan lama. Menghadapi tantangan tersebut, penting untuk tetap optimis dan tidak menyerah. Kegagalan adalah bagian dari proses mencapai kesuksesan, asalkan kita mau belajar dari kesalahan dan terus berusaha memperbaiki diri. Dengan semangat dan kerja keras, sepak bola Indonesia akan mampu bangkit dan bersaing di kancah internasional dengan prestasi gemilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H