Mohon tunggu...
Agung Windriatmoko
Agung Windriatmoko Mohon Tunggu... -

Salesman, Trainer & Bankers

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asli atau Palsukah Anda? Ini Indikatornya!

8 Februari 2012   04:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:55 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah anda adalah diri anda sendiri? Mungkin banyak orang yang bingung untuk menjawab pertanyaan itu. Karena hari ini dunia mengarahkan kita untuk sulit menjadi diri sendiri. Mulai dari pemikiran, tingkah laku hingga tindakan-tindakan kita sering kali terbawa, diarahkan dan dipengaruhi oleh orang lain. Apakah itu selebritis yang kita idolakan, pimpinan, teman-teman bahkan orang tua kita sendiri. Tekanan-tekanan dalam kehidupan ini juga memaksa kita menjadi pribadi yang palsu, dengan topeng yang kadangkala membuat kita merasa lelah menjalani hidup.

Untuk membuktikan apakah anda adalah diri anda sendiri ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengujinya.

1. Berani jujur untuk mengatakan apa yang anda rasakan kepada orang lain
Perasaan takut menyinggng orang lain, sungkan atau takut disalahkan oleh orang yang mempunyai status sosial lebih tinggi kadang memaksa kita untuk mengorbankan pikiran dan pendapat kita sendiri. Ketika menghadapi situasi perbedaan pendapat dengan orang lain seringkali kita hanya manggut-manggut mengikuti tanpa berani mengutarakan apa yang ada di benak kita. Bila kondisi itu terjadi pada anda pahamilah bahwa itu adalah salah satu gejala bahwa anda belum menjadi diri sendiri.
Sebagai pembenaran, orang yang tidak mau mengakui bahwa dia belum bisa menjadi dirinya sendiri seringkali beralasan hal ini dilakukan agar tidak terjadi konflik. Mereka lebih cinta kedamaian dan ketenangan daripada berkonflik dengan orang lain. Jika memang demikian seharusnya anda belajar cara-cara untuk berkomunikasi.

Sesungguhnya potensi terjadinya konflik itu bisa dihindari dengan kemampuan anda dalam memilih kata-kata dan respon yang positif dalam menghadapi perbedaan.
Ketika menghadapi perbedaan dengan orang lain, anda perlu menyampaikan prinsip-prinsip pribadi anda tanpa harus merendahkan prinsip orang lain. Gunakanlah kata-kata seperti berikut ini:


  • “Pendapat Bapak sangat bagus dan saya mempunyai sudut pandang seperti ini ….. Mungkin bisa dijadikan bahan referensi lain pak”
  • “Menurut saya yang bagus untuk dilakukan adalah…”
  • “Ini ok sih, tapi saya mempunyai pandangan lain seperti ini …”


Ekspresikanlah pendapat anda dan tunjukkanlah anda adalah orang yang punya pendirian.

2. Lakukan apa yang anda katakan dan katakan apa yang anda lakukan
Apa merek yang melekat pada diri anda? Pernahkah anda mendengar teman-teman anda mengatakan hal ini?


  • “Dia sih bisanya ngomong doang, gak ada buktinya”
  • “Ngaret lagi pasti kamu”
  • “Berani taruhan deh, pasti nggak gitu dia ngomongnya ke bos”


Bila ada orang yang mengatakan hal seperti itu kepada anda hal itu menunjukkan bahwa anda orang yang memiliki pribadi palsu. Mengapa stigma seperti itu muncul, karena anda tidak pernah jujur terhadap diri sendiri. Anda tidak berani mengakui bahwa anda tidak bisa melakukan sesuatu. Akhirnya yang terjadi adalah apa yang disebut “over promise under deliver”. Anda terlalu banyak berjanji tapi banyak yang tidak terpenuhi.
Karenanya anda harus belajar mengelola ekspektasi orang lain. Lebih baik kita menyampaikan di depan apabila sudah terbayangkan kita tidak mampu. Jangan hanya karena menghindari kesan bahwa anda tidak mampu lalu anda memberikan janji-janji yang anda sendiri akan sulit menepati. Yang perlu anda ingat adalah anda harus menjadi orang yang dapat dipercaya dan bisa diandalkan.

3. Ambil tanggung jawab pribadi dan jangan menyalahkan keadaan atau orang lain
Ketika terjadi sebuah permasalahan, apakah anda jenis manusia yang berani mengatakan “maaf saya salah, dan ini menjadi tanggung jawab saya”. Ataukah anda jenis manusia yang cenderung mencari kambing hitam dan mengatakan “musim hujan Pak, susah aktivitas jadi menurun, makanya susah jualan”. Atau “Gw jadi begini gara-gara lingkungan gw kacau, coba gw tinggal di tempat lain” Dan mungkin anda justru menyalahkan orang lain atau tim lain dan mengatakan mereka kurang mendukung anda?. Kalau itu masih anda lakukan. Waspadalah karena itu berarti anda terkena penyakit ingkar akan kelemahan diri.

Hari ini banyak sekali orang yang ketika mengalami keberhasilan dia mengklaim keberhasilan itu sebagai hasil usaha dan kepandaiannya. Akan tetapi ketika ada sebuah kegagalan dia tidak mau mengakui itu sebagai bagian dari dirinya. Dia akan melempar kegagalan itu kepada orang lain yang dianggapnya paling bertanggung jawab.

Sadarilah bahwa kegagalan adalah sebuah bagian dari perjalanan kesuksesan anda. Karena sukses bukanlah sebuah tujuan akhir, melainkan sebuah perjalanan. Tujuan akhir manusia adalah akhirat dimana kita akan kekal di dalamnya. Bila kita menyadari hal ini maka kegagalan hanya akan menjadi tempat peristirahatan untuk kita menata kembali dan menyiapkan kembali bekal yang kita perlukan untuk melanjutkan perjalanan kesuksesan kita.

4. Selalu punya tujuan
Apakah anda menjalani hidup anda apa adanya dan membiarkan diri anda terbawa arus kehidupan. “Let it flow ajalah” itu kata kebanyakan orang. Anda boleh mangatakan let it flow ketika anda tahu bahwa ujung dari sungai adalah lautan yang indah dan bukan air terjun yang curam yang akan menghancurkan diri anda. Karena itu ketahuilah kemana aliran sungai anda akan menuju, berusahalah agar anda tidak tenggelam baru setelah itu anda serahkan hasilnya pada Yang Maha Kuasa. Inilah “Let it flow” yang benar, dan bukan membiarkan diri anda terombang-ambing oleh arus tanpa tau arah yang pasti. Bila arah dan tujuan untuk diri sendiri saja tidak tahu mungkin sekali anda tidak menyadari siapa diri anda sebenarnya, alih-alih mengetahui apakah pribadi anda adalah asli atau palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun