Sedangkan "cara" adalah lebih kepada respon atau sikap kita menghadapinya. Kalut, bingung, stress dan galau (bahkan ada yang cenderung merusak diri sendiri) adalah gejala-gejala umum bagi seseorang yang menghadapi ujian yang belum pernah ia pelajari sebelumnya. Kadang pula, respon atau sikap ini jauh lebih penting ketimbang materi ujian itu sendiri.
Meski kita belum pernah belajar apalagi menguasai salah satu materi ujian kehidupan yang dimaksud, namun karena pembawaan diri yang tenang dalam menyikapi, maka setidaknya nilai ujian tidak terlalu jeblok (meski belum menyelesaikan masalah, setidaknya tidak menambah masalah baru, ataupun bertambah buruk).
Satu prinsip yang perlu ditanamkan bahwa tidak ada masalah yang tidak terselesaikan ataupun terpecahkan. Persoalannya memang ada masalah yang dapat diatasi hanya dengan melakukan sebuah lompatan kecil dan waktunya relatif cepat. Sementara ada pula yang harus menyeberangi lautan luas penuh gelombang dan waktunya lama, namun yakinlah tetap terpecahkan.
Soal respon atau sikap, ada pula yang semata mengandalkan materi (prinsipnya, semua dapat diatasi dengan duit). Ini tipe orang yang suka menyepelekan dan tidak pernah mau belajar apalagi berusaha keras (seperti kalau di sekolah seringnya mencontek atau minta tolong orang lain mengerjakan). Ada pula yang mengandalkan posisi kedudukan/jabatan dirinya, orangtuanya, saudaranya, dll.
Ada ujian yang berat, ada pula ujian yang ringan yang akan dihadapi setiap orang dalam kehidupannya, so... bertanggungjawablah untuk menyelesaikannya. Orang yang mau bertanggungjawab adalah seberani-beraninya orang, dan orang yang sabar adalah sekuat-kuatnya orang. Sayangnya tidak ada bimbel yang bisa melatih orang seperti itu, ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H