Faktor terakhir adalah kesempatan. Sering kali banyak orang merasa ragu-ragu dalam bertindak, bahkan bingung mau melakukan apa atau berpendapat apa. Hal ini karena tidak pernah ada kesempatan bagi dirinya untuk percaya pada diri sendiri. Pengalaman banyak orang selama ini bahwa mereka merasa selalu diatur, tidak pernah mengatur; selalu dilarang, tidak pernah melarang; selalu diberi pendapat, tidak pernah berpendapat, dsb.
Agar orang berani, mau dan tidak malu berbuat baik maka berilah kesempatan. Mungkin bukan tidak pernah mereka mencoba, alih-alih mendapat pujian malah kerap menjadi santapan amarah, “Sudah kamu tidak perlu melakukan apapun daripada merusak semuanya!” Siapa yang senang mendapat perilaku seperti itu? Kemudian memunculkan anggapan bahwa dirinya tidak dipercaya, tidak dibutuhkan, dan sebagainya.
Anggapan sepihak seperti itu pada akhirnya melahirkan rasa dan sikap tidak percaya diri, rendah diri, minder, takut salah, lebih baik bicara di belakang saja, orang kecil manut saja, diam lebih aman, dan banyak lagi. Yang tragis, orang seperti ini tidak berani mengambil sikap untuk dirinya sendiri (tidak melibatkan orang lain), misalkan ia ingin berusaha namun ragu-ragu dan berpikir, “Mengko gek gek..., mengko gek gek...,” selalu begitu.
So, saya ingin meyakinkan kepada diri saya untuk berubah. Mulai saat ini saya akan malu jika mendiamkan, dan sukanya menyapa; malu jika pergi menghindar, sukanya menolong orang yang membutuhkan; malu hidup boros dan bermewah-mewah, sukanya berhemat dan sederhana; malu berbicara di belakang, sukanya bertanya, berpendapat dan mengusulkan di depan forum; malu sekadar ngikut saja, sukanya berinisiatif.
Pastinya, malu berbuat buruk dan negatif, sukanya berbuat baik dan positif. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H