"Betul ayah, bahkan apa yang tercatat atau yang tertulis ketika itu dibaca orang lain dan menjadi satu wujud manfaat yang bukan hanya untuk kita saja, setauku itu termasuk salah satu bentuk sedekah juga sesuai kadar sanggup yang kita miliki." Tambahnya dia seseorang itu, yang adalah pasangan hidupku.
"Ayah nggak boleh berhenti menulis, aku akan selalu membaca setiap tulisan ayah. Aku fans nomor satu buat ayah sampai kapanpun juga." Semata wayang full senyum, sambil mengangkat tangannya ke udara.
"Kan ayah juga yang sering bilang, bahwa wujud dari cinta yang universal adalah kasih sayang itu sendiri, yang akan bisa dirasakan siapapun yang berkenan merasa, tanpa harus selalu disuarakan biar terdengar." Pungkasnya dia semata wayang.
Aku adalah seorang ayah, untuk dia putri semata wayang. Aku yang harus terus berjuang sekaligus terus termotivasi untuk tidak sampai patah arang, untuk semua orang yang tersayang yang bukan sekadar untuk yang hanya tentang diriku sendiri.
"Sebab aku ini terlahir sebagai seorang laki-laki, mesti sadar akan potensi dan tentu saja harus memiliki nyali level tinggi, guna bisa memberi bukti shahih di apapun situasi yang terjadi." Perang batin kini tengah terjadi, antara aku dan diriku sendiri.
Bandung, Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H