*Bersua dinda di ruang baca*
Dinda.. ketika kita berbicara tentang kesedihan, itu hanya sebagian kecil dari isi cerita. Bukankah demikian adanya, kesedihan itu hanya pemanis yang tidak cukup pantas bagi kita, untuk terlalu larut menurutinya.
Dinda.. lega dan bahagia adalah saudara kembar. Mereka seiring sejalan, mereka tidak pernah saling menertawakan, mereka akan senantiasa berupaya saling merasakan, lalu saling mengisi satu sama lain.
Dinda.. cita, rasa, cinta itu memang tiga hal yang berbeda. Namun mereka bertiga merasa tidaklah betah bilamana berjauhan, mereka merasa butuh selalu saling berdekatan, lalu bekerjasama untuk bisa mewujudkan do'a pun harapan.
Dinda.. aku melihat surga itu di indah dua bola matamu, di ucap yang kamu senantiasa pegang teguh, di gerak-gerik yang selalu kamu coba untuk menjalaninya dengan sikap yang kukuh juga patuh.
Dinda.. sekali waktu menetes air mata, itu biasa. Itu juga jadi satu ciri yang menjelaskan, bahwa diantara kita berdua.. ada degup yang tercipta, ada debar yang membawa, ada getar yang satu irama rasa antara kita.
"Iya Dinda, memang kita. Aku dan kamu, tentunya adalah kita, cukup berdua saja saling berupaya menjaga suasana rasa."
"Iya Dinda, semestinya kita saling percaya. Ini semua tentang cara kita, menata pola rasa. Cinta tidak perlu singgah ke lain rupa, cukup kita."
Literasi Mata Hati
25 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H