"Kenapa kamu tidak pernah untukku?!" sebab kamu tidak membutuhkanku.
"Kenapa dia masih saja ada untukku?!" sebab dia mempercayaiku.
"Kenapa kamu hanya begitu?!" sebab itulah isi pikiranmu.
"Kenapa dia bisa begitu?!" sebab dia meyakini, akannya sesuatu itu.
Tidak selalu sulit untuk memahami sesuatu, tidak dengan berkelit untuk memperoleh sesuatu. Bahkan tidak harus rumit, untuk menjadi apa yang sebaiknya terjadi.
Semudah itu aku menemukannya, sesulit itu aku mempercayainya. Semudah itu pula aku berhasil meraihnya, sesulit itu juga bagi aku sendiri untuk melepaskannya.
Meyakinkan hati, tentu saja butuh bukti. Merasakan isi hati, melibatkan dua sisi emosi yang seringnya bersebrangan, berbantahan. Begitulah sedikit gambaran, antara dirinya dan dirimu.
"Bila kini kamu masih sendiri, tanya nurani. Andai kini kamu sudah mengerti, mulailah melangkah pasti."
"Bila nanti kamu mulai meyakini, jangan menunggu nanti lagi. Mulailah untuk menyinari dirimu sendiri sesuai petuah hati yang bersemi, berseri, lalu mewangi seiring percaya diri."
Mempercayai seseorang, itu pilihan. Mengecewakan seseorang, itu perbuatan. Memperbaiki keadaan, itu kewajiban. Menyayangi seseorang, itu kebutuhan. Membuktikannya, tergantung kesungguhan.