Seseorang yang memiliki putri kecil, sadar bahwa kelak putrinya akan tumbuh mendewasa. Menyukai seorang pria tentu saja akan dialaminya.
Seseorang yang memiliki gadis kecil, paham akan amanah yang diberikan-Nya. Menjaga, merawat, melindungi, ditambah mengasihi sekaligus menyayangi, tentu merupakan kewajiban dari seseorang tersebut.
Seseorang pernah mengalami masa lalu selama sekian waktu, baik juga buruk, seringkali berbuat salah dan hanya sedikit saja pernah berbuat benar, itu yang dilalui seseorang tersebut.
Seseorang mengalami ragam kejadian, indah atau kurang indah, manis atau bahkan kecut rasanya, sejuk ataupun kegerahan dan lain sebagainya, adalah proses pembelajaran, ujian juga baginya seseorang tersebut.
Menulis itu menyenangkan, menulis jadi satu wujud warisan. Menuliskan ragam kejadian, baik itu pengalaman pribadi pun termasuk ketakutan atau katakan saja perasaan khawatir akannya satu dan lain hal.
"Kamu itu putriku, bila aku nanti jauh darimu, baca saja tulisanku yang aku terbitkan di kompasiana."
"Aku tidak mau mengajarimu, lebih baik kamu baca sendiri. Menulis itu, caraku terhubung denganmu."
"Setiap aku mengingatmu, aku menulis untukmu. Ragam pengalamanku bersua ragam wanita, toh kelak kamu pun akan menjadi seorang wanita dewasa."
"Aku belum pernah patah hati, justru aku lebih takut kamu yang mungkin nantinya akan bisa saja mengalami."
"Gaya menulisku memang begitu, aku khususkan teruntukmu, putri semata wayang yang selalu saja terbayang."
Bunga yang mekar, rawan tersentuh disentuh.
Bunga yang indah, rawan terjamah dijamah.
Bunga yang harum, sebaiknya sanggup menjaga ranumnya.
Bunga yang cantik, tidak mesti terlalu mudah melirik dilirik.
Satu bunga yang berbeda pun tak biasa, tidak mudah terpedaya diperdaya.