Hari ini saya jelas-jelas terbukti dengan tingkat akurasi yang sudah tidak perlu ditawar lagi, bahwa saya melakukan satu kesalahan. Salah satu komentar dari seorang kompasianer yang sangat saya kagumi, tak sengaja terhapus.
"Bukan salahnya, tentu saja salah saya. Bukan inginnya ataupun inginnya saya, bukan niat dari saya juga. Namun faktanya begitu, sayalah yang salah."
Dimulai dari hal-hal yang kecil, saya berikhtiar untuk sanggup lebih sadar. Dimulai dari hal-hal yang terkesan biasa, namun bagi saya rasanya itu luar biasa.
"Hanya komentar, santai saja. Nggak perlu repot, itu kan hal yang biasa."
Teman saya bisa berujar seperti itu dengan begitu mudahnya, meski entah kenapa saya belum bisa berpikir seperti teman saya itu.
Orangnya, pribadinya, sosoknya, adalah seseorang yang sungguh saya hormati. Termasuk silaturrahmi saya selama ini dengan beliau yang adalah kompasianer, itu yang sepatutnya saya jaga sampai kapanpun juga.
"Mungkin hal kecil, tapi tetap saja untuk saya telah menambah satu dosa dengan terhapusnya komentar dari beliau."
D... intuisi tetaplah intuisi, toh hati siap bersenyawa dengan olah pikir. Ketika ada bagian dari diri ini kurang bisa menerima atau memaklumi, perlakuan dari diri ini sebagai pribadi terhadap orang lain.
Saya sebagai pribadi siap senantiasa belajar mengakui kesalahan, sekecil apapun kesalahan tersebut, apalagi bagi yang jelas besar jenis kesalahannya.
Saya sebagai pribadi menolak keras apa saja bentuk pembenaran diri. Sebab harus saya akui, bahwa saya sungguh sangat menyayangi diri saya sendiri.
D... berkat dari komentar, saya lagi-lagi belajar, bahwa saya benar-benar merasa bersalah. Semoga tidak sampai saya ini mengulanginya lagi di suatu hari.
D... jujur saja, saya pun punya penilaian terhadap siapa saja selama saya dalam kurun waktu hingga saat ini, masih asyik menikmati berkompasiana.
Saya tahu banget, siapa saja yang pure saya hormati dan kagumi. Saya tentunya tahu juga siapa saja yang menurut saya sebagai pribadi, hanyalah sebatas orang lain yang memang jelas tidak saya kenali sama sekali.
"Bukan sebatas tentang apakah maya atau nyata, namun tentang apakah saya merasakannya atau justru tidak mampu bagi saya merasakannya, kehadirannya, ketulusannya, kejujurannya, kebaikannya, dan lain sebagainya."
"Feel guilty itu memang bawaannya hati, toh memang menyadari, salah adalah salah, sekecil apapun itu. Akui, benahi, lebih peduli terhadap diri sendiri sebagai pribadi yang memahami wujud nyata dari berani untuk introspeksi."
Salam silaturrahmi, mohon maaf dari hati yang memiliki dua sisi.
Bandung, 02062021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H