/1/
Aku bercumbu mencumbu.
Bercumbu denganmu, mencumbumu.
Ya, itu kamu. Aku namai kamu; buku.
/2/
Denganmu; aku tertawa, merasa. Karenamu; aku sanggup mencinta. Mencintaimu di setiap lembarnya. Mengagumimu di setiap apa yang tertera. Membutuhkanmu, laksana Rama yang urun lepas dari Shinta.
Ya, memang kamu.
Namamu, masih akan; buku.
/3/
Dulu
Hanya mampu menatapmu. Aku belum terbuka, kamu tertutup.
Dulu
Aku enggan menolehmu, bahkan menyentuhmu.
Bukan ragu; memang belum tersaji restu.
Dulu
Aku belum kagum; aku belum santun.
Aku jauh dari harum, belum dituntun yang menuntun tertuntun.
/4/
Lembar pertama, sapamu.
Lembar kedua, isimu. Lembar ketiga, menentukan.
Lembar keempat, pencerahan. Lembar kelima, jabat tangan.
/5/
Kala rindu, aku bertamu; mengunjungimu.
Kala candu, tak henti aku memandangimu.
Kala syahdu yang berlaku; itu sisi lainmu.
Kala merdu; itu bisikmu. Tenang, menghanyutkan.
Lima saja dulu ya; tentangmu. Aku takut; ada selainmu, yang hanya diam; terpaku; membisu.
Salam Puisi 2021
Bandung, 20 Februari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H