"Hehe..." hanya kata itu yang keluar dari Ali, meski ada tambahannya juga sih, dengan sedikit senyum tipis dari Ali untuknya, yang mungkin kesannya hambar. Ali memang termasuk seorang pribadi yang selama ini cukup sulit untuk tersenyum manis.
"Haduh ah! cuma senyum doang. By the way, makasih ya. Beberapa lagu dari Incubus yang kamu dan teman-temanmu tadi bawakan, sangat menarik perhatianku." Ujarnya yang entah jujur atau tidak, kan baru malam itu Ali untuk pertama kalinya terlibat percakapan dengannya.
"Oh ya! namaku Anna, tapi bukan Anna Molly ya, yang memang salah satu judul lagu dari Incubus juga tuh."
"Hehe... oke, Anna ya. Senang mengenalmu. Makasih juga ya, berkenan mengenal juga menyapaku." Ali berujar begitu.
"Sama-sama, aku juga merasa senang bisa mengenalmu." Anna kembali bertutur kata, yang entah jujur atau tidaknya. Kan Ali belum tahu... Ali baru saja mengenalnya.
Malam itu, Ali memutuskan untuk mengantarnya pulang. Anggap saja jadi salah satu bentuk atau wujud terima kasih dari seorang Ali, untuknya yang bernama Anna yang bukan Anna Molly.
Ada perjumpaan, ada perpisahan bagi keduanya. Tentang kasmaran, masih berbentuk pertanyaan. Tentang membina hubungan, keduanya baru sebentar saja saling bertatapan.
Akankah ada rindu bagi keduanya?! mungkinkah akan ada langkah untuk menata laju? atau justru, hanya akan menjadi sebatas angin lalu?
"Makasih ya, mengantarku pulang. Oh ya, boleh ketemuan lagi enggak ya?!" satu tanya dari Anna.
"Ini baru awal, jumpa pertama kita. Aku sudah tahu rumahmu. Kamu tunggu saja ya." Jawaban Ali untuk Anna.
Meniti rindu, tak terlalu. Menata rasa, tak hanya tatkala.
Salam Fiksiana
Bandung, 16 Februari 2021