"Kamu selalu saja melihat sisi baiknya. Padahal akan alangkah bijaknya, bila kamu berkenan juga untuk melihat sisi buruknya."
"Kamu selalu saja memperhatikan fisiknya yang seolah tidak ada cacatnya. Mungkin kamu sedang lupa! padahal setiap dari kita itu memiliki kurang juga lebihnya."
"Kamu selalu saja memujinya, mana pernah kamu menertawakannya. Sepertinya kamu masih juga mengidap lupa! seolah kamu tidak pernah sekalipun dikecewakan olehnya."
"Apakah itu semua tentang rasa suka?!" mungkin iya, yang sepertinya begitu.
"Akankah bertahan lama?!" mungkin iya, yang semoga saja.
"Apakah itu berhubungan dengan rasa cinta akan seseorang?!" bisa saja sih, kan naluri seorang manusia akan manusia yang lainnya tentang dicintai berpasangan dengan mencintai.
"Akankah terwujud seirama?! bisa saling percaya?!" itu sih tergantung keduanya, yang menjalaninya pun menikmatinya.
Berpikir itu tentu perlu. Menata langkah itu wajib. Menentukan pilihan demi pilihan yang tidaklah sembarangan, tentunya itu adalah salah satu kebutuhan bagi damai pun leganya perasaan.
Upayakan, jangan sampai terjadi yang istilahnya... "yang muda bercinta, yang tua merana", ingat akan petuah orang tua yang mana mau putra dan ataupun putri kesayangannya merana.
"Kan iya tuh! ketika anak-anaknya kurang atau bahkan tidak bahagia, orang tua juga pasti ikut merasakannya."
Sederhanakan pilihan, ketika cantik secara fisik ataupun tampan yang menawan, tidak selalu mutlak mesti jadi pilihan.