Sembilan musim secara beruntun menjadi pemuncak Serie A Italia, tentu digdaya. Sembilan musim terus-menerus merajai kasta tertinggi Liga Italia, tentu bermental juara.
Memang tidak mulus, sempat terseok-seok. Memang tidak sempurna, karena ada saatnya merasakan kekalahan atau hanya mampu bermain imbang.
Memang tidak mudah tampil sempurna di setiap laga. Memang cukup sulit untuk bisa mempertahankan gelar di setiap musimnya, yang selalu saja ada tim-tim lainnya beserta kejutannya.
Memang perjalanan menuju tahta juara itu tidaklah mudah. Butuh stamina dan konsentrasi yang tidak cukup hanya biasa, butuh strategi yang mumpuni, butuh juga yang namanya senyawa, antara pemain dan pelatih.
Hanya yang baru Juventus yang mampu melakukannya selama sembilan musim beruntun di Liga Italia Serie A, meski harus berganti pelatih. Di mulai Antonio Conte, Massimiliano Allegri, dan yang terakhir Maurizio Sarri.
Musim ini giliran Andrea Pirlo, yang menjabat posisi pelatih. Eks pemain bola yang sukses di tiga tim raksasa Italia. Pirlo sukses bersama AC Milan, Internazionale Milano, dan tentu sukses juga ketika berseragam Juventus.
Musim ini adalah kesempatan perdana bagi Andrea Pirlo menangani Juve. Meskipun begitu, ternyata Pirlo bisa dibilang mulai menunjukkan kualitasnya sebagai seorang pelatih, yang akan sanggup menangani tim hebat sekelas Juventus.
Memang, musim ini Juve masih berada di posisi tiga klasemen sementara Serie A Italia hingga pekan ke-21, dengan koleksi 42 poin. Berselisih tujuh poin dengan AC Milan yang menjadi capolista sementara.
Namun tengok juga hasil Juventus di kompetisi yang lainnya, Juve mampu lolos ke partai final Coppa Italia dengan La Dea Atalanta yang akan menjadi penantangnya di laga puncak.
Juve juga masih berpeluang di kompetisi Liga Champions Eropa. Lolos ke fase knockout 16 besar, dan akan meladeni perlawanan salah satu tim tangguh dari Portugal, FC Porto.
Khusus untuk kompetisi Liga Italia, Duo Milano yang kini berada di posisi dua besar teratas tidak bisa hilang fokus, lalu kehilangan poin-poin krusial. Tim sekelas Juventus, sudah terbiasa bermain di level tertinggi untuk kemudian memuncaki klasemen akhir liga.