Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Kamu Menjadi Apa yang Kamu Pikirkan, Aku pun Menjadi Apa yang Aku Pikirkan

16 Januari 2021   04:44 Diperbarui: 16 Januari 2021   05:04 2598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berpikir ke atas, ketika kamu mungkin sedang berpikir ke bawah. Aku berpikir ke barat, ketika mungkin saja kamu tengah berpikir ke timur atau ke selatan, bahkan bisa saja kamu akan sesegera mungkin berpikir untuk menuju ke arah utara.

Aku sangat mau untuk berpikir tentang bagaimana bisa akrab dengan apa yang disebut bercanda, ketika sangat mungkin justru kamu tengah mencoba untuk mencari solusi terkini, tentang bagaimana sebaiknya agar tidak bersahabat karib dengan yang namanya merasa cukup sulit untuk bertegur sapa.

Aku mencoba setuju, untuk sejenak saja berpikir tentang kamu. Bahwa menurut pikirku kemudian setelah aku mencoba membacamu, ternyata kamu adalah seorang pribadi yang baik sekaligus menyenangkan adanya.

Sebaliknya mungkin saja tidak begitu, kamu tidak akan pernah mau sekalipun untuk mencoba, berpikir yang mengenai atau tentang apa saja yang ada hubungannya denganku, sebab mengenalku... mungkin saja bukan salah satu yang menjadi kebutuhanmu.

Aku akan berupaya, untuk hal apa saja yang sekiranya memang akan bermanfaat. Itu alasanku untuk bisa berpikir yang lebih luas adanya, yang semoga kamu pun mau satu pemikiran denganku, meski memang aku masih meragukanmu dalam hal sudut pandang.

Ya... intinya memang begitu. Aku mengolah pikir, ketika kamu juga memang tengah berpikir. Namun yang begitulah... aku tentu merasa sangat senang memikirkanmu ketika sangat mungkin yang justru, di sisi lainnya kamu sama sekali tidak terpikirkan untuk sebentar saja memikirkanku, atau sedetik saja berani untuk mencoba mengingatku.

Sulit untuk tersentuh, karena pikiran menolak untuk disentuh. Sulit untuk seirama, sebab pikiran menolak untuk berkenan bekerjasama.

Sulit untuk merasa, karena rasa hanyalah sesuatu yang rasa-rasanya sih tidak terasa. Sulit untuk bisa peka kemudian sanggup mencerna apa saja rupa makna, sebab bukan itu yang tertanam di pikiran.

So... cukup aku saja yang mengagumimu, cukup aku saja yang memikirkanmu. Bahkan, akan sangat cukup bagiku bisa melihatmu dengan cara membaca setiap tuturmu, lewat setiap tulisanmu itu.

Pengagummu
Bandung, 16 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun