Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beliau Selalu di Hati

22 Desember 2020   20:02 Diperbarui: 22 Desember 2020   20:23 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Diolah penulis dari Pixabay


Kawan, apa kabarmu? semoga kabarmu senantiasa baik-baik saja dan sehat selalu. Oh ya kawan, aku punya sedikit cerita untukmu. Satu kisah tentangnya, beliau yang sangat aku kasihi sepenuh hati.

Kawan, pagi menjelang siang yang kemudian aku terbayang akan dirinya. Siang yang memang datang secara perlahan, hadirkan kenyataan tentang dirinya yang kini tinggal kenangan.

Kawan, kenanganku tentang dirinya, ajari aku banyak hal. Kenanganku akan dirinya, selalu menemaniku sepanjang perjalanan keadaanku hingga detik ini yang penuh ragam pengalaman.

Kawan, aku memang ditinggalkan olehnya. Tapi bukan ditelantarkan. Aku memang sempat merasakan sangat kehilangan, tapi itulah kenyataannya. Kenyataan yang tidak bisa untuk aku jadi terhambat, justru lanjut untuk keep on movin menjalani kehidupan.

Kawan, dulu semua anggota keluargaku juga para tetanggaku bilang... bahwa aku ini satu wajah dengannya. Kemiripan yang memang anugerah, di mana aku mewarisi salah satu yang dirinya miliki.

Kawan, ketika aku beranjak dewasa kemudian menikah... ternyata putri semata wayangku memiliki wajah yang mirip sekali denganku.

"Kamu kehilangannya, kemudian kamu kembali memilikinya."

Ya... aku memang kehilangan ibuku, namun tergantikan oleh kehadiran putri semata wayangku. Memang hanya sebentar saja aku bersamanya, namun kini kehadirannya terwakili oleh putri semata wayangku.

"Ibu... senyummu selalu hadir lewat cucumu itu. Ibu... cantikmu kini kembali bisa aku pandangi setiap hari, masih lewat cucumu itu."

"Ibu... hari ini doaku tentu saja untukmu. Bahkan cucumu yang selalu mengingatkanku, untuk senantiasa mendoakan yang terbaik untukmu."

"Alam kita memang benar berbeda. Alam rasa kita, memang terbiasa bertegur sapa. Terima kasihku teruntukmu, yang senantiasa mengingatkanku agar tidak terbiasa mengidap lupa."

Itu saja kawan, sedikit cerita dariku. Satu kisah mengenai ibuku yang kini tengah menikmati damainya alam itu yang memang berbeda dengan alam kita ini, yang namanya adalah dunia.

Selamat malam kawan
Dua Sisi, 22 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun