Aku sangat suka, kamu berkenan menguji kesabaranku. Aku akan selalu suka, kamu goda kesabaranku. Aku bahkan akan semakin suka, bilamana aku bukanlah titik temumu.
Mohon maaf! aku tidak suka menderita. Untuk aku, tersenyum adalah candu. Bagi aku, tertawa adalah perlu. Bahkan jujur saja, aku pernah sedikit lupa! ketika untuk sebentar saja aku tertawa.
"Ulahmu itu yang membuatku geli, lalu aku kesulitan untuk menahan tawa."
Ketika logika berbicara, bahwa satu ditambah satu sama dengan dua. Logikaku berkata, bahwa aku cukup punya satu saja. Tidak perlu penambahan, lebih baik mengurangi untuk jauh dari kurang persegi.
"Ah kamu! masih saja begitu. Seolah waktu tidak pernah mengajarkanmu, untuk berlaku begini yang daripada terus begitu."
Salam Fiksiana
Dua Sisi, 12 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H