Pagi yang biasa untuk hari yang semoga saja akan terbit luar biasa. Seperti biasa, hari senin adalah satu hari yang inginku tidak kemana-mana, cukup di rumah saja menemani Oena Biroe.
"Ayah! bangun dong, yuk shubuh berjamaah!" pintanya, putri semata wayangku.
"Ayah! hari ini aku masuk sekolah jam tujuh pagi, tapi aku masih kangen ayah. Aku ijin nggak masuk sekolah hari ini! bolehkah?" masih pintanya, semata wayangku.
"Sini nak, peluk ayah dulu deh!" pintaku kepadanya, semata wayangku.
"Yuk shubuh berjamaah, lalu setelahnya... sebelum kita berdua sarapan pagi, ayah punya sedikit cerita untuk Oena." Ujarku untuknya, yang tersenyum sungguh manisnya.
Kewajiban kami tunaikan, kebutuhan kami berdua segerakan. Untuk kemudian aku merasa lebih segar dan tenang. Untuk kemudian juga, aku akan berbagi cerita dengan anakku yang meminta sesuatu hari ini.
"Cantik... Satu minggu itu ada berapa hari sih?"
"Tujuh hari ayah."
"Hari apa saja sih?"
"Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu lalu minggu."
"Hari ini, Oena masuk sekolah jam berapa ya?"