"Aku bukan seorang pribadi yang baik, aku butuh belajar untuk menjadi seorang pribadi yang baik. Salah satunya dengan mencoba berbuat yang semoga adalah baik, teruntuk siapa saja yang memang berkenan kenal denganku."Â Penjelasanku untuknya.
"Terima kasih ya. Kiriman kata semangat darimu, sangat berarti untukku." Tuturnya yang detik ini juga langsung aku baca.
"Santai saja, tidak perlu berterima kasih. Justru aku yang berterima kasih, kamu berkenan kenal denganku." Tuturku yang ternyata langsung dia baca juga.
Percakapan aku dengannya yang tidak perlu aku sebutkan namanya. Percakapan aku dan dirinya, yang masih berlangsung dan terus sambung-menyambung ke percakapan yang berikutnya.
Aku perhatikan, ada sekitar dua jam lamanya. Percakapan aku dan dirinya masih saja berlanjut, masih membahas yang kemudian cukup melebar ke satu dan lain hal, yang memang mengalir dengan sendirinya.
"Sekitar satu minggu lamanya tidak bersua melalui jalur maya, logikanya kan hanya sepekan. Ada apa gerangan? kenapa yang seolah dirinya mulai muncul menghindari berjauhan?" Gumamku sendiri, yang sedikit mencoba juga memahami percakapan kami berdua hari ini.
"Hei kamu! kasih tahu aku kalau kamu sudah punya cukup banyak waktu luang. Aku ingin bertemu, aku yang akan datang untuk mengunjungimu." Ketikan tangannya yang muncul di layar percakapan. Ketikan darinya yang aku maknai, mewakili kejujuran perasaan.
Di detik kesekian, bisa saja menyukai. Di detik kesekian, bisa saja mengalami perubahan. Di detik kesekian, sangat mungkin terwujud persamaan. Di detik kesekian pula, bersiaplah ketika tiba saatnya kehilangan yang akan meninggalkan.
Salam Fiksiana DS 18 November 2020