Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenai Hitam Putih, yang Bilamana Dicampurkan Jadilah Abu-abu

8 November 2020   19:02 Diperbarui: 9 November 2020   08:34 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com


Hitam putih kenyataan. Raut yang belum teduh, raut yang butuh bersimpuh.

[Dua Sisi]

Hari minggu yang memang sudah sore. Senja sudah tiba, yang tentu tidak dengan tiba-tiba datangnya. Kan memang sudah waktunya untuk senja, hadir di hadapan mata, memberi pemandangan juga suasana yang syukur alhamdulillah... lebih dominan indahnya.

"Tumben, kamu bermain dengan fotomu sendiri. Foto hitam putih pula. Kenapa? ada apa?"

"Ah, biasa saja. Iseng-iseng berhadiah."

"Maksudnya? iseng-iseng berhadiah?!"

"Ya iseng! iseng yang hadiahnya adalah berupaya berpikir lebih peka juga cerdas."

"Maksudnya berpikir peka juga cerdas?!"

"Ya dong! hitam putih itu adalah gambaran. Gambaran yang minimalnya untuk aku juga kamu."

"Gambaran yang bagaimana nih?"

"Hehe... gambaran yang begitulah kita adanya, faktanya."

"Jelasin dong ah, biar aku paham gitu lho!"

"Baiklah, aku jelasin ya. Penjelasan dari aku untuk kamu, yang adalah kita."

Senja adalah pertanda. Bahwa malam akan segera tiba. Malam yang gelap gulita, bilamana tidak ada cahaya.

Hitam adalah warna. Warna rasa kita, perbuatan dan pilihan kita berdua selama ini, yang memang tak selalu rasanya adalah kelegaan.

Putih juga tentunya warna. Masih warna kita yang mungkin jarang kita pilih atau gunakan selama ini, sebab biasanya warna hitam lebih dominan jadi pilihan, karena kesannya hitam adalah menyenangkan sekaligus menggiurkan.

"Iya juga sih. Penjelasan kamu lumayan panjang lebar juga, hehehe."

"Semoga kamu mengerti, dan kita bisa belajar untuk lebih mawas diri ke depannya. Terutama aku yang adalah seorang laki-laki."

"Memangnya kenapa dengan kamu yang laki-laki?!"

"Kamu kan tau, bagaimana aku selama ini sebagai seorang laki-laki. Untung saja bertemu denganmu, yang kemudian kita berjodoh."

"Ah! aku kan memilihmu tentunya atas restu orang tuaku juga. Selain memang inginku juga bersanding denganmu."

Percakapan dua orang insan yang tengah menjalani biduk rumah tangga. Memang telah berlangsung selama sekian waktu juga lamanya.

Menjalani bahtera rumah tangga yang tentunya juga disuguhi warna rupa suasana, yang tentu tak serta-merta senantiasa rasanya adalah damai pun bahagia.

Terkadang, hitam yang dilakukan seorang suami. Kemudian peran istri adalah mengingatkannya, agar suami tidak terus-menerus terjerumus.

Terkadang, hitam juga yang dilakukan seorang istri. Terlena yang sedikit lupa, gegara indahnya dunia yang kerap menggoda dengan ragam macam pesonanya.

Pada akhirnya, masing-masing pribadi berusaha memaknai apa saja yang pernah dan telah dilalui. Tidak untuk saling menyalahkan, namun berupaya untuk bisa berupaya saling mengimbangi, dalam hal apa saja yang kemungkinan besarnya adalah baik adanya, bukan saling mencederai.

Hidup ini adalah rezeki, meski hitam putih pilihan seorang pribadi di aneka rupa situasi adalah pasti yang memang pernah dilakoni. Pilihan demi pilihan yang harus diakui juga disadari, bahwa tak senantiasa benar adanya.

Belajar untuk bisa memperbaiki apa saja yang semestinya diperbaiki, demi yang berupaya menjadi pribadi yang bisa berhenti untuk tidak terus-menerus merugi, itu tergantung pilihannya sendiri sebagai pribadi.

Salam sehat selalu
DS 08 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun