Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Aku dan Oena

24 Oktober 2020   09:50 Diperbarui: 24 Oktober 2020   10:19 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga momentum yang mengingatkan saya, membangunkan saya, memberikan petunjuk untuk saya, tentang bagaimana semestinya saya memperlakukan perempuan dengan sebaik-baiknya perlakuan pun perbuatan.

Ibu kandung saya perempuan, ibu mertua saya tentunya seorang perempuan juga. Bahkan, semenjak ayah mertua berpulang ke alam yang bukan dunia lagi, saya menjadi satu-satunya laki-laki yang tinggal dengan seorang istri, dua kakak ipar perempuan, satu adik ipar perempuan, juga ibu mertua dan semata wayang yang adalah perempuan.

Hei kamu, aku sangat mengenalmu. Sedari dulu yang sewaktu kita satu kantor, hingga saat ini kamu menjadi suamiku. Kamu selalu dikelilingi para perempuan yang entah kenapa mereka bisa menyukaimu.

Pengalaman membuktikan, bahwa warna-warni hidup disertai godaan yang terkadang rasanya adalah tidak bergizi tinggi. Ujian hadir yang ternyata tidak berisi nutrisi juga non kalori, yang tidak menyehatkan saya sebagai seorang laki-laki.

Pengalaman berharga dan momentum-momentum istimewa, mengajarkan saya untuk berubah. Istilahnya lain dulu lain sekarang, sebab sekarang adalah waktunya untuk saya menjalani fase kehidupan, dengan berupaya menjadi seorang ayah yang terbaik untuk semata wayang saya, yang adalah Husna.

Hei kamu, kamu itu lucu tau! meski banyak orang yang bilang bahwa kamu itu sungguh kaku. Mereka tidak tahu sisi aslimu yang hanya untuk aku dan anak perempuan kita.

Ayah! Oena kangen, pulang dong. Kita ke game master lagi yuk! main basket berdua seperti biasa, ibu cukup nonton kita sambil senyum-senyum sendiri.

Ayah! senyuman bahagia seorang istri untuk ayah, juga seorang ibu untuk aku. Raut bahagia dari ibu juga terpancar memancar, melihat kita begitu kompak sebagai ayah dan anak perempuan yang sangat disayanginya.

Ayah! kita bisa kompak menikmati warna ragam suasana, berkat ibu yang mengajarkan kita berdua akan nilai-nilai dan fungsi utama dari saling mengasihi menyayangi.

Bahagia itu terletak dan tertanam di pikiran. Bahagia itu adalah ketika aku seorang ayah dan anak perempuan yang aku miliki, tertanam yang terbiasa satu hati.

Hei kamu, kenapa kamu memberi nama anak kita Husna? Lalu mempunyai nickname Oena Biroe?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun