Malam ini aku hanya ingin bercerita tentang kita. Sepasang yang tengah berdendang riang, sepasang yang tengah berpegangan tangan, begitu erat pun sangat kuat.
Malam ini romansa tengah berpihak untuk kita. Kita tersenyum bahagia, kita tertawa, kita menikmati setiap detiknya, kita mensyukuri setiap detak yang begitu hidup di dalam hati kita berdua.
Malam ini memang tidak seperti kemarin, atau minggu yang lalu. Saat itu, kita sama-sama memilih diam di temaram keadaan. Saat itu kita berbeda, pola pikirku berada di sebelah kiri, pola pikirmu begitu yakin berdiri di sisi kanan.
Selama satu minggu kita merenung, kita berpikir tentang apa saja yang telah terjadi. Tentang intrik yang sempat terjadi, tentang polemik yang memang singgah menghiasi, tentang emosi yang keluar dari kendali diri.
Selama satu minggu, kita seperti tidak pernah saling mengenal. Acuh menjadi biasa, jauh menjadi pilihan nomor satu, bahkan hati kita masing-masing enggan untuk memilih luluh, yang akan jadi satu bentuk pemersatu yang kemudian kembali bisa menyatukan kita.
Selama satu minggu itu, ada saat dimana aku pernah berpikir untuk menyerah. Kamu pun nampaknya memilih pasrah, lalu akan meninggalkanku yang menurutmu biang masalah.
Waktu, ternyata memang waktu yang mengijinkan kita untuk berseteru. Waktu pula yang mengajarkan kita untuk berpikir lebih tentu tentang arah yang akan dan harus kita tuju.
Sebab waktu juga, di hari kesekian kita mencoba untuk kembali bertemu. Mengutarakan apa saja yang semoga akan menjadi titik temu, entah kenapa waktu kembali memihak kita.
Lalu kini, saat ini yang adalah malam ini. Lalu kini, kebersamaan yang tengah kita berdua nikmati. Lalu kini, apakah akan menjadi cerita kini yang bisa kita berdua pertahankan hingga kemudian hari?
Salam Fiksiana DS 15/10/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H