Puisi dari Bapak Katedrarajawen, seseorang yang saya kagumi dan hormati. Link puisi beliau tentang Ridwan Ali.
kompasiana.com/katedrarajawen
Dua diantaranya, artikel dari Dua Sisi selama berkompasiana.
kompasiana.com/awayaz9742
kompasiana.com/awayaz9742
***
Betul dan sungguhlah tepat sekali, bahwa dalam banyak hal, dibutuhkan membutuhkan yang namanya keterbukaan atau katakanlah kejujuran.
Benar dan memang sangatlah tepat sekali, ketika yang namanya samar tidak mesti harus diakui. Kenapa? Wong namanya juga samar, nggak jelas.
Betul, benar, dan memang sangat baik adanya. Ketika kejelasan bisa melengserkan yang namanya praduga atau prasangka, khususnya yang konteksnya adalah tentang somebody.
Mohon maaf sebelumnya, seperti judul tulisan ini yang tertera jelas di atas, Hanya Sebatas Opini. Opini saya tentunya, tentang menjadi seorang kompasianer.
Saya punya dua akun kompasiana, dimana yang pertama bernama Ridwan Ali, alhamdulillah sudah centang hijau. Berarti sudah tervalidasi, sesuai syarat dan ketentuan berkompasiana.
Akun kedua saya bernama Dua Sisi, akun kompasiana yang sekarang tengah menulis opini. Sebuah opini versi seorang pribadi yang bernama Ridwan Ali, yang tentunya mempunyai dua sisi sebagai seorang pribadi, sebagai seorang insani yang terlahir di bumi pertiwi.
Akun Ridwan Ali aman terkendali, tidak ada masalah. Bisa saya buka kapan saja, juga dimana saja. Akun saya yang kedua pun lancar-lancar saja, akun yang detik ini tengah menulis sebuah opini.
Bilamana memang sebuah keterbukaan dan kejujuran yang harus saya utarakan, maka di tulisan ini akan saya utarakan dengan sejujur-jujurnya.
No problemo at all, tidak masalah sama sekali ketika saya harus jujur yang sejujurnya, karena saya yakin hingga detik ini bahwa saya mencoba, berupaya berkompasiana di jalur yang mengikuti tata tertib berkompasiana.
Ada sarana fitur percakapan yang disiapkan kompasiana. Apakah sering saya gunakan? misalkan untuk tukeran nomor WhatsApp dengan kompasianer yang lainnya?
"Jawabannya adalah tidak. Kenapa? karena bukan itu yang utama menurut saya. Cukup kompasiana menjadi sarana untuk saya membaca dan menulis."
"Silaturahmi, bisa berlangsung dengan saling memberi nilai atau saling berkomentar. Untuk saya itu sudah lebih dari cukup."
Untuk seorang pribadi seperti saya, realistis adalah keharusan. Bukan kewajiban untuk tukeran nomor WhatsApp, kemudian misalkan berteman di Facebook, atau saling follow di Instagram, ataupun di aplikasi yang lainnya.
Mohon maaf, saya hanya butuh menjadi bagian dari kompasiana. Bahkan ketika saya bukan yang tidak termasuk bagian dari keluarga besar kompasiana, bahkan ketika saya hanyalah orang asing yang sekadar ikut nimbrung saja di halaman luar keluarga besar kompasiana.
Mohon maaf, saya hanya sekadar mempunyai niat untuk menyalurkan hobi menulis saya. Harapan saya, semoga ada manfaatnya dari apa saja tema artikel yang saya terbitkan, selama saya berkompasiana.
Mohon maaf, saya hanyalah seorang pribadi yang menyukai membaca juga menulis. Termasuk membuat beberapa tulisan seputar tema-tema fiksiana yang salah satunya adalah puisi.
Saya nyata adanya, sebab saya manusia. Saya bisa melihat, mendengar, melangkah, berpegangan, dan lain sebagainya. Bahkan saya juga sanggup merasakan apa saja yang harus saya rasakan. Pun tentunya, saya punya akal pikiran yang syukur alhamdulillah normal adanya.
Setiap yang mempunyai jati diri, tahu kapan saatnya harus bereaksi.
Setiap yang memiliki hati, tahu kapan saatnya harus mampu berkompromi dengan apapun situasi juga kondisi.
Setiap yang tahu dan memahami tentang apa sadar diri, tahu kapan saatnya untuk belajar mengerti, mengasihi, menyayangi, juga peduli.
Salam damai dari hati;Â Ridwan Ali alias Dua Sisi seorang pribadi.
13/10/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H