"Teh itu rasanya pahit, campur gula sedikit, jadilah teh manis."
Sebut saja namanya Bomat, bukan bujangan. Kenyataan mengharuskan dia tinggal sendirian, dipisahkan dari sang istri tercinta. Bahkan, kenyataan juga yang membuat Bomat sudah memiliki amanah berupa seorang putri cantik yang beranjak perawan.
Mana ada laki-laki yang inginnya hidup sendirian, mana bisa seorang laki-laki menjalani kehidupan tanpa ada pendamping hidup, yang nama lainnya adalah tidak sedang memiliki pasangan.
Mana mungkin terus-menerus tidur sendirian, mana boleh hanya tinggal sendirian juga tanpa ada hiburan. Kan setidaknya setiap laki-laki itu punya pegangan, yang memang ada pun tersedia yang bisa dipegang juga bisa sedikit saja digoyangkan, lalu bergoyang.
Memang, itulah yang begitulah gambaran kehidupan seorang Bomat setiap harinya. Sendirian sih, tapi menurutnya mana pernah dirinya merasa kesepian.
Memang betul sendirian, tapi tidak sampai terlalu sering merasa kehausan. Selalu saja ada ramuan khusus yang bisa menawarkan sekaligus mampu melebur dahaga terdampak kehausan.
Selalu saja senantiasa berusaha menemukan jalan keluar. Ketika haus, apa yang bisa diminum ada di hadapan. Ketika lapar, ada menu yang tersedia untuk disantapnya cukup satu kali. Bahkan kerap kali berkali-kali, menyantap apa saja yang tersedia untuk disantapnya.
Begitulah Bomat, menjalani dan menikmati apa saja tanpa harus mengikuti terlalu banyak dampak dari mengeluh. "The show must go on", ujarnya di suatu ketika.
Menurutnya lagi, ketika yang bilamana apa saja yang harus dikeluarkan bisa tersalurkan, "Rasanya adalah lega juga lancar tanpa menyisakan hambatan, plong pokoknya."
Enaknya menjadi Bomat, punya teman Facebook sedikit, tapi efektif. Punya WhatsApp grup cukup dua, yang penting dampaknya lega dan bahagia, juga dipercaya.
Akun Instagram hanya punya 100 pengikut, dan mengikuti beberapa saja. Tenang adanya, yang penting seputar bisnis lancar, juga aman terkendali.