Kita itu adalah saya juga anda. Kita yang memang terlahir ke dunia. Keturunan Adam dan Hawa, dimana kaum Adam adalah saya salah satunya, seorang pria, lalu kaum Hawa adalah anda salah satunya, seorang wanita.
Kita berdua menjalani kehidupan di dunia, tentu hanya sementara saja. Ada kalanya, kita berdua bisa menata apa yang semestinya tertata, meski tetap saja terkadang ada lupa diantara kita berdua.
Kita saling mengisi, kita saling berbagi, memang itulah fitrahnya. Meski terkadang, salah satu diantara kita bersinggungan dengan yang namanya lupa diri. Kadang saya, kadang anda, bahkan sering tak terasa bahwa kita berdua sama-sama lupa.
Memang lupa itu biasa, wajar adanya. "Kan kita hanya sepasang manusia biasa yang beginilah adanya." Meski sebaiknya pun alangkah bijaknya, bilamana kita berdua berupaya untuk tidak terbiasa mencari alasan atau pembenaran, ketika kita berdua memang tengah tidak benar adanya.
"Hidup ini memang indah", itu menurut indah lho ya.
"Apakah hidup ini juga indah untuk kita?" Kan masa iya, indah hanya milik indah saja. Kita gimana dong?
Yuk ah! Jika anda bersedia, kita berdua coba terapkan tiga S dalam mengisi keseharian kita. Mungkin tidaklah mudah, tapi kata "Susah"Â tidaklah indah adanya bila tertanam di pikiran kita berdua.
"Iya, kita coba saja tiga S dulu. Kan masa percobaan. Kedepannya jika sudah berhasil menunaikan tiga S, baru deh kita tambah jadi lima S nya."
S yang pertama adalah senyum. Senyum itu mengurangi kerutan di wajah. Senyum itu menyehatkan. Oh iya, kata senior saya, "Senyum itu ibadah, pun bisa membuka aura awet muda."
S yang kedua adalah syukur. Tentunya apapun keadaan, memang adalah sebuah kenyataan. Bisa menyenangkan, bisa juga menyedihkan, bisa manis rasanya, meski kadang ada pahit juga yang terasa.
"Guna bersyukur adalah agar hati kita dijauhkan dari takabur yang akan sangat mungkin membuat kita, jadi kurang tafakur."
S yang ketiga adalah selamat. "Selamat yang bagaimana? Selamat yang seperti apa?" Jawabannya adalah bahwa kita sama-sama sudah dewasa.
Masing-masing dari kita tahu, selamat yang seperti apa dan bagaimana yang kita berdua butuhkan, "Pun tentu saja, kita sama-sama sadar dan tahu, bahwa dunia ini fana adanya."
"Kita berdua, makhluk sosial. Menjalani hidup bersosialisasi dengan satu dan yang lainnya. Kita juga berbudaya, tentunya mencoba juga menjauhi marabahaya sesuai daya upaya."
Itu saja dari saya, menyikapi ramai kasus perceraian sepasang yang begitu mudahnya memilih berpisah, menyerah, menjadi tak lagi sepasang. "Syukurlah, bahwa itu bukan kita."
Quote Dua Sisi:
"Hidup ini paripurna, meski kita tak sempurna. Selama kita bisa, bijaksana menghadapi segala sesuatunya."
DS, 05/09/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H