Mohon tunggu...
Ridwan Ali
Ridwan Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Me Myself and I

Baiklah, kita mulai. Ceritanya, lanjutannya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pernahkah?

24 Mei 2020   23:25 Diperbarui: 24 Mei 2020   23:36 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pernahkah mengalami sebuah bahkan beberapa buah pengalaman yang pada akhirnya jadi bahan buah pemikiran tentang memaknai cara menikmati alur kehidupan?

Pernahkah terbuai dan merasa bahwa banyak hal yang dilakukan adalah sebuah kebenaran, yang padahal bersebrangan dengan yang namanya kejujuran hati dan pikiran?

Pernahkah menikmati satu hari, bahkan beberapa hari, hingga beberapa minggu yang begitu menyenangkan sekaligus mendamaikan perasaan?

Pernahkah merasa jatuh hati pada kebaikan yang sebenar-benarnya bernilai kebaikan yang akan menjadi beberapa bentuk yang bernilai amal kebaikan yang akan terus-menerus berkesinambungan tanpa putus di tengah jalan?

Pernahkah menyadari, bahwa ada kadar kebaikan yang terpatri dalam diri yang masih bersembunyi. Yang masih enggan untuk ditemui, karena diri sebagai pribadi merasa sudah berkecukupan dalam banyak hal, sehingga tidak merasa butuh untuk mempelajari dan lalu mengerti tentang banyak hal yang akan bernilai penambahan kadar keilmuan?

Pernahkah mampu pun berkenan mengoreksi kekurangan yang ada pada diri sendiri, lalu sesegera mungkin menyadari bahwa ada beberapa celah yang menjadi bagian dari diri yang semestinya tidak hanya dibiarkan begitu saja tanpa pembenahan?

Pernahkah merasakan ketidakmampuan, yang pada akhirnya bisa diubah menjadi satu wujud kekuatan yang didasari keyakinan bahwa itu semua adalah bisikan-bisikan yang akan meluluhlantakkan keputusasaan?

Banyak hal yang bisa dipelajari, banyak hal yang bisa dimengerti, dan lalu menyadari... bahwa hidup ini hanya satu kali yang pada akhirnya mana bisa jika hanya merugi lalu sesal yang terjadi di kemudian hari yang juga lalu sulit untuk mengubah apapun yang sudah terjadi pun terlewati.

"Jemari ini hanya sekadar ingin bersuara melalui kata demi kata yang mewakili ungkapan rasa senandung jiwa."

Salam hormat
Ridwan Ali 24052020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun