Bersedekah tidak mesti mewah, unsur utama dari sedekah adalah menjadi berkah yang seyogyanya berfaedah
Bersedekah akan bisa mewujud mewah, bilamana keinginan tak dibawa serta jadi penguasa jiwa
Bersedekah akan menjadi hal lumrah yang terbiasa lalu bisa dibiasakan, bilamana kasih sayang kepada sesama...bukan hanya sebatas cita-cita tanpa upaya nyata
Indah bagi rasa teruntuk nutrisi hati, bila bersedekah jadi satu bentuk ibadah yang ditunaikan atas dasar kesadaran yang gagah, sebagai bagian dari satu proses muhasabah diri dari hikmah juga hidayah yang menyapa dengan berbisik kepada diri di suatu hari kala bersih hati terpatri.
Seseorang yang bersahaja, tak terfokus kepada kasta. Harta yang dimiliki, akan digunakan dalam rangka dan upaya mentaati anjuran-Nya. "Bukan untuk siapa-siapa, karena sedekah yang tulus faktanya, sejatinya adalah untuk diri sebagai pribadi dalam rangka takwa di jalan-Nya.
Usia adalah pembeda, antara matang atau belum matang, antara bisa atau tidak bisa, antara sadar atau kurang sadar dan lain sebagainya yang berada diantara baik atau tidak baik, diantara benar atau justru salah.
Usia tidak akan lama, hanya sebentar saja yang tidak akan terasa. Biamana terlalu banyak sia-sia yang terlaksana, apa mau dikata...sebisa mungkin ubah detik ini juga.
Usia juga tidak serta merta bisa jadi tolak ukur bahwa seseorang telah dewasa pun mendewasa. "Karena segala sesuatu kembali ke proses perjalanan hidup seseorang. Tergantung hikmah juga hidayah yang sanggup disadari, dimengerti, sebagai proses perjalanan hidup selama berada di dunia yang sifatnya fana ini. Tersenyumlah...agar supaya awet muda, hehehehe..."
Dua manusia bercengkrama, saling sapa lewat kata. Untuk apa? "Demi tercipta tenggang rasa yang tentunya rasa swargaloka."
Dua manusia duduk bersama, saling bercerita melalui tutur kata bijaksana. Agar apa? "Demi terwujud bahagia bagi satu dan yang lainnya." Pun itu semua, akan bisa terwujud nyata bilamana senyuman ketulusan hadir menemani selama percakapan berlangsung.
Tentunya...bahagia adalah kebutuhan yang tidak bisa dipungkiri oleh akal juga hati. Bahagia yang bagaimana? "Tentunya bahagia yang sejati-Nya."
Laksana buih di samudera yang begitu luasnya, satu titik bahagia saja yang terasa...bilamana itu adalah sejati-Nya perasaan bahagia, maka alangkah luasnya kenikmatan yang bisa terasa, yang ternyata rasa bahagia yang tiada duanya.
Faktanya...hingga kini pandemi masih terjadi, namun itu semua tidak menutup kemungkinan untuk siapapun bersedekah sesuai kadar kemampuan yang diri miliki.
Makna dari sedekah itu sendiri adalah memberi. Contoh paling aktual yang detik ini bisa dan mungkin saja sedang terjadi, "Jadikan tulisan/artikel...menjadi satu bentuk berbagi, berbagi ilmu pengetahuan yang bermanfaat, berbagi inspirasi juga motivasi dan lain sebagainya, yang bisa membuat siapapun yang membaca merasa sumringah lalu tersenyum pancarkan kebahagiaan, pun menyadari ada Jalan lain yang terbuka...jalan yang akan bisa menuju lalu raih kebaikan dan keberkahan hidup di edisi kisahuntukramadan tahun 2020 ini."
"Untuk saya, hari ini adalah hari untuk berbagi tulisan yang inspiratif sekaligus edukatif yang bisa pancarkan senyuman menawan raih keberkahan Ramadan bersama Kompasiana...dalam upaya Connecting Happiness to other people."
Yup...senyum itu bernilai ibadah sekaligus satu rupa sedekah. So...buatlah tulisan yang akan bisa membuat orang lain tersenyum...hingga terucap kata syukur yang berbunyi "Alhamdulillah wa syukurillah."
Indah dunia, ketika satu wujud ukiran tangan yang membentuk untaian kata, bisa membuat banyak orang tersenyum lalu merasakan kedekatan yang begitu hebat pula kuat dengan yang namanya perasaan lega pun bahagia yang seutuhnya, yang sebenar-benarnya rasa bahagia.
Salam sehat, salam hangat, salam hormat
Bandung, 08 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H