"Cinta tak kenal usia, selama kasih sayang bisa terpelihara, jalani saja sajian cinta sarat makna"
Bukan tempat terpencil, namun luas areanya cukup mungil, dengan kumpulan para anak mudanya yang lumayan tengil. Bahkan, ada beberapa diantara mereka yang kelakuannya jahil, pun para gadis mudanya yang kebanyakan kecentilan.
Lingkungan yang kurang asik untuk dikunjungi, terlalu banyak basa-basi tak berisi yang sering terjadi. Silaturahmi dibalut toleransi yang berseri, sulit ditemui di tempat ini. Entah sejarah apa yang dulu terjadi, membuat situasi dan kondisi kerap kali terjadi friksi yang tak berarti.
Perkelahian antar sesama penghuni di lingkungan ini, sering dilakoni. Pemicunya adalah hal-hal kecil tidak terpuji, dampaknya merugikan diri sendiri, selain ada beberapa pihak tertentu yang jadi merasa merugi.
*****
Pagi buta, secara tidak sengaja berpapasan di jalan raya. Dia hendak ke sekolah, berseragam putih abu-abu. Aku hendak berangkat kerja, menjalani rutinitas seperti biasa yang ala kadarnya.
Dia seorang gadis remaja yang hendak menginjak usia 17 saja. Berkacamata, mempunyai rambut lurus, yang panjangnya memanjakan mata yang terpesona akan keindahannya. Dia terlihat bersahaja yang tidak banyak gaya. Ternyata dia hendak menuntut ilmu di salah satu SMA.
Aku seorang pemuda berusia dua puluh dua. Berstatus perjaka, berprofesi sebagai salah satu karyawan swasta di satu perusahaan yang biasa-biasa saja. Aku suka bercanda riang gembira, karena menurutku, "Canda tawa adalah gaya, bagian dari suka cita yang tak semua orang bisa melakukannya bilamana tidak dipaksa. Hehehehe.."
Dia hobi membaca, menurutku dari sudut pandang kacamata biasa. Hobiku adalah bermain sepakbola, sebagai salah satu sarana untuk berolahraga, sekaligus mengolah rasa juga, agar supaya paham tentang makna menjadi seorang juara.
*****
Aneh tapi nyata, kembali berjumpa secara tidak sengaja, di satu acara kumpulan para kaum muda. Dalam rangka rapat biasa para pemuda-pemudi yang akan dibentuk jadi panitia HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Dan ternyata, dia adalah tetangga, yang berbeda Rukun Warga. "Pantas saja jika sekarang bisa bertatap muka dengannya di salah satu acara pembentukan panitia".
Masih belum bertegur sapa, masih jaga-jaga. Mengenali suasana terlebih dahulu, karena masih ragu juga malu-malu dan memang malu.Hanya memperhatikan, tanpa berkenalan. Hanya bisa memandang, tanpa berdekatan. "Istilahnya...dalam hal apapun, butuh adaptasi dulu! Bukan hanya asal maju, hehehehe.."
Perjumpaan pertama berlalu tanpa berkenalan, pertemuan yang kedua kalinya masih sama saja, tanpa obrolan. "Inilah indahnya sebuah pendekatan yang harus dibarengi kesabaran, hehehehe.."
"Cinta adalah pilihan, pertemuan yang tidak kebetulan, akan menjadi awal perjuangan meraih kebahagiaan. Pasti akan hadir rupa-rupa pengorbanan sebagai bentuk ujian kasih sayang yang dilandasi ketulusan perasaan"
Waktu berjalan tak terasa, keakraban mulai tercipta. Kedekatan diantara kami berdua, kini menjadi hal yang biasa. Kami menikmati hari-hari yang dijalani dan lalu kami lewati. Indahnya kedekatan pun keakraban yang kemudian menjadi kerinduan yang tak terbantahkan, manakala kami tidak sempat bersua karena satu dan lain hal.
Apa yang kami jalani, jelas harum mewangi. Wajah kami berseri-seri. Tapi! "Ada saja satu dan lain hal yang seolah sengaja ingin memecah belah kisah kami yang penuh warna-warni".
Ada banyak cerita yang semestinya kami bisa bagi. Tentang menjadi panitia HUT RI, tentang persahabatan pun perselisihan dengan teman-teman yang lain karena hal-hal yang sepele, juga tentang aneka warna situasi lainnya yang menyertai kisah kasih yang kami berdua miliki.
Lingkungan yang kutinggali,kini memang semakin terasa tidaklah cocok dengan suasana hati. Para pribadi yang ada di sekitar, hanya membuat situasi tak betah mewabah ke pikiran juga nurani. "Lebih baik aku pergi, tinggalkan lingkungan yang bisa saja membuatku menjadi pribadi yang kecil hati".
Masa-masa kecilku sudah berakhir. Periode remajaku, kini lambat laun beranjak menuju arah dewasa. Lingkungan tempatku tinggal dan berbaur selama ini, memang harus kutinggalkan. Suasana baru, pengalaman seru yang bermutu, yang akan aku upayakan kedepannya di tempat yang baru.
Jalan hidup memang berliku, deru debu juga nafsu tidak mesti diikuti tanpa henti. Di sisi lain, kisah kasihku masih berjalan penuh kenyamanan dan ketenangan. "Kami akan seja belajar melalui ini semua, tanpa terjepit banyak tekanan. Takkan pula berpikir sempit, agar alur perjalanan kami kedepannya lebih menyenangkan sekalian upayakan tidak terkontaminasi banyak perselisihan".
Keluarga adalah segalanya, jangan pernah terlupakan atau tersisihkan, namun masa depan harus diperjuangkan. Mempunyai pasangan yang dihalalkan oleh ikatan pernikahan adalah kewajiban. Kami berdua memang masihlah muda, akan tetapi..."Akan kami jalani petualangan kisah kasih kami dengan niatan saling menguatkan tanpa sering bersebrangan".
Kami berdua, akan berupaya seirama raih bahagia. Oh iya, "Namanya Shinta, meski aku bukanlah seorang Rama". Pun kami berdua, akan berupaya saling setia hingga saat akhir tiba.
*****
Bandung, 03 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H