Mohon tunggu...
Ridwan Ali
Ridwan Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Me Myself and I

Baiklah, kita mulai. Ceritanya, lanjutannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Shinta dan Bukan Rama

3 April 2020   12:29 Diperbarui: 3 April 2020   12:43 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: pixabay.com

Masih belum bertegur sapa, masih jaga-jaga. Mengenali suasana terlebih dahulu, karena masih ragu juga malu-malu dan memang malu.Hanya memperhatikan, tanpa berkenalan. Hanya bisa memandang, tanpa berdekatan. "Istilahnya...dalam hal apapun, butuh adaptasi dulu! Bukan hanya asal maju, hehehehe.."

Perjumpaan pertama berlalu tanpa berkenalan, pertemuan yang kedua kalinya masih sama saja, tanpa obrolan. "Inilah indahnya sebuah pendekatan yang harus dibarengi kesabaran, hehehehe.."

"Cinta adalah pilihan, pertemuan yang tidak kebetulan, akan menjadi awal perjuangan meraih kebahagiaan. Pasti akan hadir rupa-rupa pengorbanan sebagai bentuk ujian kasih sayang yang dilandasi ketulusan perasaan"

Waktu berjalan tak terasa, keakraban mulai tercipta. Kedekatan diantara kami berdua, kini menjadi hal yang biasa. Kami menikmati hari-hari yang dijalani dan lalu kami lewati. Indahnya kedekatan pun keakraban yang kemudian menjadi kerinduan yang tak terbantahkan, manakala kami tidak sempat bersua karena satu dan lain hal.

Apa yang kami jalani, jelas harum mewangi. Wajah kami berseri-seri. Tapi! "Ada saja satu dan lain hal yang seolah sengaja ingin memecah belah kisah kami yang penuh warna-warni".

Ada banyak cerita yang semestinya kami bisa bagi. Tentang menjadi panitia HUT RI, tentang persahabatan pun perselisihan dengan teman-teman yang lain karena hal-hal yang sepele, juga tentang aneka warna situasi lainnya yang menyertai kisah kasih yang kami berdua miliki.

Lingkungan yang kutinggali,kini memang semakin terasa tidaklah cocok dengan suasana hati. Para pribadi yang ada di sekitar, hanya membuat situasi tak betah mewabah ke pikiran juga nurani. "Lebih baik aku pergi, tinggalkan lingkungan yang bisa saja membuatku menjadi pribadi yang kecil hati".

Masa-masa kecilku sudah berakhir. Periode remajaku, kini lambat laun beranjak menuju arah dewasa. Lingkungan tempatku tinggal dan berbaur selama ini, memang harus kutinggalkan. Suasana baru, pengalaman seru yang bermutu, yang akan aku upayakan kedepannya di tempat yang baru.

Jalan hidup memang berliku, deru debu juga nafsu tidak mesti diikuti tanpa henti. Di sisi lain, kisah kasihku masih berjalan penuh kenyamanan dan ketenangan.  "Kami akan seja belajar melalui ini semua, tanpa terjepit banyak tekanan. Takkan pula berpikir sempit, agar alur perjalanan kami kedepannya lebih menyenangkan sekalian upayakan tidak terkontaminasi banyak perselisihan".

Keluarga adalah segalanya, jangan pernah terlupakan atau tersisihkan, namun masa depan harus diperjuangkan. Mempunyai pasangan yang dihalalkan oleh ikatan pernikahan adalah kewajiban. Kami berdua memang masihlah muda, akan tetapi..."Akan kami jalani petualangan kisah kasih kami dengan niatan saling menguatkan tanpa sering bersebrangan".

Kami berdua, akan berupaya seirama raih bahagia. Oh iya, "Namanya Shinta, meski aku bukanlah seorang Rama". Pun kami berdua, akan berupaya saling setia hingga saat akhir tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

4 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun