Mohon tunggu...
Widhi Putri
Widhi Putri Mohon Tunggu... Ilmuwan - -

Biologis kelautan yang merantau ke Jerman Utara, senang menikmati alam

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dari Sungai Ciliwung menuju Sungai Elbe

13 Agustus 2024   16:51 Diperbarui: 13 Agustus 2024   22:52 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini disembilan tahun lalu, Widhi lulus dari salah satu Universitas negeri di Indonesia yang terletak di Jawa Barat. Tentunya saat itu ada perasaan senang dan takut untuk menjalani akan dibawa kemana kehidupannya setelah itu. 

Ada mimpi yang selalu tersirat di hati dan pikiran yaitu untuk kuliah dan hidup di Jerman. Widhi si anak usia 22 tahun dari Sungai Ciliwung itu mencoba mengurungkan niatnya untuk kuliah di Jerman. 

Widhi anak pertama dari dua bersaudara, yang tinggal di pinggir kali Ciliwung, yang rumah sekitarnya masih terbuat dari tripleks, ibu yang baru sembuh dari sakit stroke, dan bapak yang baru memulai karirnya kembali setelah bekerja serampangan. 

Ibunya Widhi adalah seorang yang pekerja keras dan mempunyai semangat gigih supaya anak-anaknya dapat bersekolah di tempat dengan kualitas yang terbaik, walau beliau harus pergi mengantarkan makanan dari satu toko ke toko selanjutnya dan dari satu gedung perkantoran ke perkantoran lainnya. 

Ibunya Widhi selalu berkata, "Mungkin bila ibu sudah tiada, ibu tidak bisa meninggalkanmu dengan harta warisan berupa materi. Ibu hanya bisa meninggalkanmu dengan pendidikan yang baik dan menjadikan kalian sebagai seorang yang tidak mudah menyerah untuk menjalani hari-hari."

...

Sembilan tahun kemudian

Widhi memegang segelas teh manis di tangannya sambil berdiri di balkon yang berada di depan Sungai Elbe seraya tersenyum. Tempat dimana ia bekerja sebagai seorang asisten peneliti biologi kelautan. Dia tersenyum mengingat sembilan tahun lalu, ketika dia lulus sarjana, hari itu, hanya sebuah angan yang mungkin tidak akan terjadi. Masih diingat bayangannya ketika saat itu ia berpikir mimpi itu hanyalah sebuah angan yang tidak mungkin terjadi.

Tidak terasa ini sudah tahun kedelapan, Widhi tinggal di Jerman. Pertama kali dia datang untuk mengambil kuliah magister biologis oseanografi di salah satu Institute Kelautan yang cukup terkenal di Jerman raya dan Eropa. Untuk membayangkan bisa lulus dari kuliah magister pun itu rasanya berat. Dia pun teringat masa dimana dia mencapai di titik hari ini.

Saat kuliah magister, Widhi hanya memegang uang deposit untuk setahun. Akan tetapi badai membawanya untuk bisa tinggal lebih lama dari seharusnya. Sehingga uang pun mulai menipis. Si anak Sungai Ciliwung ini, tidak mungkin bertanya soal keuangan ke kedua orang tuanya. 

Widhi teringat di masa iya pergi dari satu toko ke toko lain, satu restaurant ke restaurant lain, dari satu pabrik ke pabrik lainnya. Semua itu dilakukan untuk bertanya lowongan pekerjaan sampingan untuk mahasiswa seperti dia. Akhirnya ada temannya Widhi yang memberi tahu untuk bekerja di kapal yang bersinggah setiap musim panas. 

Widhi bertugas untuk membersihkan sekitar 30 kamar dalam sehari dengan kurun waktu 7 jam dalam sehari. Selain itu, Widhi dan temannya pergi ke pabrik. Mereka harus bangun sekitar jam 4:00 CEST untuk berangkat ke pabrik yang berada di luar kota. Pekerjaan di pabrik tidaklah mudah. 

Ia belajar menjadi seorang buruh, yang terkadang ada petugas yang berbicara dan berperilaku kasar. Serta, waktu untuk bekerja selama 12 jam, dan hanya diberi waktu sebentar untuk istirahat makan dan duduk. 

Sisanya, ia harus berdiri sambil mengepakkan souvernir yang berada di pabrik tersebut. Ditambah kadang ia harus bekerja semalaman dan tidak tidur. Di sisi lain, ia harus belajar, karena bagaimanapun juga ia berjanji untuk pulang ke Indonesia dengan membawa sertifikat. 

Pekerjaan tersebut tidak berlangsung lama, lalu Widhi bekerja sebagai pembersih klinik. Di sini ia merasa senang, karena bossnya sangat baik dan ramah. Dia harus membersihkan klinik tiga lantai di akhir pekan. Selain itu, di hari biasa dia bekerja sebagai asisten beberapa professor dan kadidat doktor di institut ia belajar.

Widhi tersenyum mengingat masa yang tidak mudah untuk dilewati. Akan tetapi dari situ, ia belajar banyak hal mengenai kehidupan sebagai bagaimana bersikap sebagai seorang atasan ke bawahan, bagaimana menjadi buruh, "ressilient". 

Selain itu tentunya, percaya bahwa "bermimpi dan beriman besar, dan biar yang Besar mengamininya". Tanpa semua perjuangan yang dimulai orangtuanya dari pinggir Sungai Ciliwung tersebut, dia mungkin tidak akan bisa berada dan berdiri di depan Sungai Elbe saat ini.

Percayalah bahwa bila itu milikmu, maka semesta akan membantumu. Ternyata benar, rejeki memang tidak pernah tertukar.

Rumah di pinggir Sungai Ciliwung, Jakarta (Putri)
Rumah di pinggir Sungai Ciliwung, Jakarta (Putri)

Pinggir Sungai Ciliwung (Putri)
Pinggir Sungai Ciliwung (Putri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun