Mohon tunggu...
Awang Kurniawan
Awang Kurniawan Mohon Tunggu... Politisi - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Propaganda Politik melalui 'Hashtag' Media Sosial

8 Mei 2024   16:02 Diperbarui: 8 Mei 2024   16:07 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Propaganda Politik

Masyarakat dapat mengakses media sosial menggunakan smartphone dalam genggaman dengan koneksi internet. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi dari media online dimana saja dan kapan saja sehingga informasi dapat tersebar dengan cepat. Politisi dan partai politik kini banyak menggunakan media sosial untuk mengekspresikan pandangan dan kepentingan mereka.Salah satu media sosial yang paling efektif untuk propaganda adalah Twitter, itulah sebabnya para politisi menggunakannya secara luas, dengan bantuan pendukung dan buzzer, untuk menyebarkan pesan dengan cara yang menarik perhatian, mengorganisir debat dan membentuk opini publik, dan kemudian meninggalkannya. dia.
sebuah virus Percakapan yang banyak diperbincangkan di Twitter bisa menjadi trending topik dan sering dijadikan sumber berita yang dikutip oleh media cetak maupun online.Propaganda PolitikMedia sosial merupakan alat penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi generasi muda yang menggunakan media sosial untuk mengonsumsi berita, mengembangkan jati diri dan jati diri politiknya. Konten yang ditulis untuk media sosial dibuat untuk menemukan teman bersama di media sosial. Pengguna media sosial masa kini, atau yang sering disapa warganet, tidak semuanya sekadar mengutarakan aspirasi politiknya. Ada juga pengaturan online yang berbayar untuk menyebarkan berita di kekosongan atau tweet.
Partai politik dan politisi telah menemukan media baru, yaitu Twitter, yang menemukan cara baru untuk mengontrol dan menyebarkan opini dan informasi politik. Pengelolaan informasi merupakan upaya terpenting kekuasaan politik dalam mengendalikan opini publik dan mempertahankan kontrol publik (Tumber, 1993). Garth Jowett dan Victoria O'Donnell menjelaskan bahwa propaganda adalah upaya sadar dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi pemikiran dan mengarahkan perilaku untuk memperoleh respons yang lebih baik daripada niat yang diinginkan pelaku propaganda (1992: 4). Smith dkk. (1946) berpendapat bahwa propaganda adalah tentang sikap terhadap isu-isu kontroversial. Kebanyakan propaganda lebih bersifat emosional daripada rasional. Emosi adalah inti dari propaganda. Propaganda adalah cara mengkomunikasikan reaksi kita terhadap fenomena sosial dan hubungan dengan masyarakat.Propaganda bertujuan untuk mempengaruhi pendapat seseorang atau sekelompok orang. Propaganda bisa memuat informasi yang benar, namun bisa juga menyesatkan karena tidak semua informasi yang disampaikan tersampaikan. Para propagandis yang menyiarkan propaganda biasanya menyajikan fakta-fakta yang menguntungkan dirinya sendiri, sedangkan fakta-fakta yang memuat berita buruk tentang dirinya atau kelompoknya mungkin sengaja dirahasiakan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan citra diri dan kelompok di mata masyarakat.

Hashtag sebagai Alat Propaganda Modern

Dipopulerkan oleh Twitter, hashtag atau simbol # berperan besar dalam menghidupkan percakapan dan menjadi trending topik di media sosial. Tagar digunakan untuk mengindeks kata kunci atau topik di Twitter dan memungkinkan pengguna mengikuti topik yang diminati dengan mudah. Hashtag awalnya digunakan untuk menghubungkan suatu topik pembicaraan agar lebih mudah diikuti penggunanya. Untuk membuat hashtag yang diminati orang, biasanya berupa kata yang mudah diingat, bisa berupa satu kata saja, tanpa spasi atau tanda baca lainnya.
Saat ini hashtag telah menjadi simbol mobilisasi pengguna media sosial dan sering digunakan oleh para politisi untuk mempengaruhi persepsi pengguna media sosial, khususnya pengikutnya. Beberapa sistem komunikasi mengirimkan informasi yang dikontrol secara hati-hati untuk mempengaruhi opini publik. Kegiatan seperti ini, yang terutama dimotivasi oleh kepentingan media arus utama dan politisi, dapat mengarah pada propaganda (Lippmann, 1927; akal, 1995; Edelstein, 1997; Webster, 2006, p. 168).

Propaganda diciptakan dengan menggunakan (secara lebih intensif) faktor-faktor sentimental dan mencoba membujuk agar memenuhi tujuan propagandis dengan menyebarkan ideologi atau doktrin tertentu (Jowett dan O'Donnell, 1995; Taylor, 2004; Poulakidakos dan Arminakis, 2014; 08).Antara tahun 1955 dan 1959, partai politik mempunyai surat kabar sebagai alat propaganda, contoh: Suluh Indonesia sebagai media politik Partai Nasional Indonesia (PNI), Bintang Merah dan Harian Rakjat adalah surat kabar Partai Komunis Indonesia (PKI). Partai Masyumi mendirikan Berita Harian Abadi. Di era perkembangan teknologi informasi dan banyaknya pengguna media sosial, propaganda politik telah berganti media dari media cetak, televisi, radio, film hingga media sosial.Surat kabar partai politik, yang sebagian besar isinya propaganda, kehilangan penggemar. Hashtag ini menjadi alat propaganda politik modern yang sederhana, murah dan mudah di tengah perkembangan teknologi informasi dan masifnya penggunaan media sosial oleh masyarakat Indonesia. Dulu, propaganda dilakukan melalui surat kabar partai dan bahkan bisa mendatangkan keuntungan finansial yang cukup besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun