Mohon tunggu...
Awanda Eka Aprilia
Awanda Eka Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi antara Orangtua dan AUD

19 Juni 2023   01:20 Diperbarui: 19 Juni 2023   02:17 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 
Cara Berkomunikasi Pada Anak
A. Pengertian Komunikasi
Secara umum komunikasi adalah proses dalam penyampain pesan atau pertukaran
kata-kata/gagasan dan perasaan, diantaraa dua orang atau lebih. Pada anak usia dini,
berbicaralah merupakan salah satu contoh dari bentuk komunikasi. Komunikasi
merupakan cara orangtua berbicara dengan ank , sehingga anak memahami pesan yang
disampaikan pesan yang disampaikan orangtuanPentingnya komunikasi bagi anak usia dini
1. Mampu mengembangkan kecerdasan bahasa
2. Mampu belajar tentang pengetahuan sekitarnya.
3. Mampu membangun kecerdasan sosial emosional
4. Mampu menjalin hubungan kekeluargaan, mengembangkan kepercayaan diri dan harga diri anak.
5. Mampu meningkatkan kecerdasa berpikir anak untuk membedakan benar atau salah.
6. Mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan dan alam sekitar.
7. Mengenalkan pada tuhan maha pencipta.
8. Sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.

C. Bentuk-Bentuk Komunikasi Berdasarkan Cara Pengasuhan
Bentuk-bentuk komunikasi berdasarkan cara pengasuhan meliputi:
1. Bentuk komunikasi otoriter (memaksakan kehendak) yaitu cirinya orang tua lebih
banyak bicara daripada mendengar, cenderung memberi nasehat dan arahan tanpa
memperdulikan kondisi anak, tidak mau mendengar dan memahami masalah yang
anak alami, anak tidak diberikan kesempatan berpendapat, dan anak selalu
disalahkan.
2. Bentuk komunikasi demokratis (saling menghargai), yaitu berkomunikasi dengan
menganggap anak sebagai teman, menggunakan bahasa yang dimengerti ,
mengungkapkan dengan perbuatan contohnya mengungkapkan kasih sayang
dengna pelukan hangat, tatapan lembut.
3. Bentuk komunikasi permisif (membiarkan), yaitu dengan membiarkan anak dan
kurang terlibat saat berkomunikasi dengan anak. Tidak adanya bimbingan dari
orang tua dan peranan anak dalam keluarga.
F. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi,karena
selama proses komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasidan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Pendidikan
Dalam komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatikan tingkat
pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah diterima jika
bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.

2. Pengetahuan
Faktor pengetahuan dalam proses komunikasi dapat diperlihatkan apabilaseseorang
pengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan akan jelas danmudah
diterima oleh penerima kan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan
menghasilkan informasi yang kurang.

3. Sikap
Apabila dalam komunikasi menunjukkan sikap yang baik maka dapatmenunjukkan
kepercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap yangdiharapkan dalam
komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati,menghargai.
4. Usia Tumbuh Kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapatditunjukkan
semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalamkomunikasi semakin
kompleks dan sempurna yang dapat dilihat perkembangan bahasa anak.
5. Status Kesehatan Anak
Status kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini
dapatdiperlihatkan ketika anak sakit atau mengalami gangguan psikologis
makacenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian
dalamkomunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk
mencapaikomunikasi yang efektif.
6. Sistem Sosial
Sistem sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat, dimana
setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal tersebut
dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang Batakengan orang
Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-
sama tidak memahami bahasa daerah maka akan merasakesulitan untuk mencapai
tujuan dan komunikasi.
7. Saluran
Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasiseperti
intonasi suara, sikap tubuh dan sebagainya semuanya akan dapatmemberikan
pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi
dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka sangatmudah kita
menerima informasi ataupun pesan yang disampaikan. Demukiansebaliknya apabila
kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara yangtidak jelas kita akan
kesulitan menerimapesan atau informasi yang disampaikan.
8. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalamhal
komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yangada.
Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnyatujuan
komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikandampak yang
kurang.
G. Tips Berinteraksi dan Berkomunikasi dengan Anak Disabilitas Pendengaran (ADP)
Secara sosial budaya ADP bukan merupakan kecacatan, bukan pula disabilitas fisik,
walaupun sebagian besar masyarakat menilai ADP adalah anak yang tidak bisa
mendengar. Mereka adalah kelompok minoritas linguistik pengguna bahasa isyarat.
Setiap orang tua pasti mengharapkan anaknya lahir dalam keadaan sempurna, Ayah
Bunda tidak perlu berkecil hati dengan ADP. Penerimaan Ayah Bunda sangat
menentukan masa depan mereka. Membesarkan ADP adalah pengalaman yang
menantang bagi setiap orang tua ataupun bagi anak itu sendiri. Orang tua perlu
memastikan ADP mendapatkan dukungan yang tepat untuk mengembangkan potensi
penuh mereka. Orang tua harus bisa semaksimal mungkin membantu mereka bisa
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
1. Sentuh, salam, sapa
Bila ADP tidak bertatap muka dengan orang tua atau orang dewasa, sentuh/tepuk
pundak ADP agar tahu bahwa kita sedang mengajaknya berbicara.
Berikut beberapa yang boleh dilakuan:

* Tepuk ADP di bagian bahu perlahan
* Dalam keadaan darurat, boleh menggoyangkan bahu ADP jika diperlukan
Yang tidak boleh dilakukan:
* Menarik ADP dan menepuk keras-keras bahunya
* Menggunakan kaki untuk menendang atau menyentuh kaki ADP
* Menepuk kepala, wajah, dada, atau pinggul, atau bagian tubuh lainnya
* Menggunakan barang untuk menepuk ADP
2. Melambaikan tangan
Gunakan lambaian tangan untuk mengembalikan perhatian ADP kepada anda, atau
gunakan cahaya bila berada dalam suatu pertemuan dengan banyak orang.
Adapun yang boleh dilakukan:
* Melambai dengan satu tangan
* Terus melambai sampai ADP benar-benar memperhatikan
* Melambai dengan jarak satu meter di depan atau di sebelah ADP
Yang tidak boleh dilakukan:
* Melambai dengan menggunakan kedua tangan, kecuali dalam keadaan darurat.
* Melambai terlalu lebar.
* Melambai terlalu dekat dengan wajah ADP. Ini bisa saja melukainya.
3. Mengetukkan kaki ke lantai
Yang boleh dilakukan:
* Ketukkan kaki secukupnya di lantai kayu
* Ketukkan kaki agak lebih keras untuk mendapatkan lebih banyak perhatian
* Ketukkan kaki beberapa kali, kadang-kadang sekali saja tidak cukup
Yang tidak boleh dilakukan:
* Mengetukkan kaki lebih dari beberapa kali saat tidak mendapatkan perhatian
* Mengetukkan kaki di lantai yang keras, karena percuma tidak menimbulkan
getaran
* Mengetukkan kaki di tempat-tempat yang seharusnya sepi. Seperti di
perpustakaan, dan rumah sakit, atau tempat lainnya di mana banyak orang bisa
mendengar hentakan kakimu.
* Mengetukkan kaki dengan ekspresi mata melotot. Hal ini menyebabkan ADP
takut
4. Mematikan dan menghidupkan lampu
Yang boleh dilakukan:
* Mematikan dan menyalakan lampu dengan cepat hanya satu kali
* Jika ADP tidak merespon bisa mematikan lampu lebih dari satu kali
Yang tidak boleh dilakukan:
* Mematikan dan menghidupkan lampu terlalu lama, terutama kalau ruangannya
sangat gelap, anda malah bisa menyebabkan ADP takut
5. Kontak mata
* Jagalah kontak mata dan usahakan posisi mata kita sejajar dengan ADP.
* Berlututlah jika berbicara dengan merendah ketika ADP sedang duduk atau berdiri.
6. Mimik atau gerakan bibir
* Gerakkan bibir dengan jelas dan berbicara perlahan
* Jika dianggap masih belum mengerti, cobalah untuk mengulang perkataan atau
informasi dapat ditulis di kertas dengan kalimat sederhana.
* Gunakan bahasa tubuh atau ekspresi wajah untuk membantu berkomunikasi
* Gunakan media visual, misalnya dengan bahasa isyarat, coretan, gambar, buku
cerita bergambar yang menarik.
* Pelajari dan ajarkan bahasa isyarat untuk percakapan secara penuh
* Ajarkan berbahasa yang santun, ramah, dan sopanlah kepada ADP
7. Berbicara dengan ADP
Yang boleh dilakukan:
* Berbicaralah dengan wajah saling menatap, gerakan bibir yang jelas, dan pelan
* Ikut sertakan ADP untuk masuk ke dalam satu topik pembicaraan.
* Tidak perlu berteriak ketika berbicara dengan ADP
* Untuk Ayah atau guru laki-laki, jika ada kumis terlalu lebat, cukurlah kumis agar
bentuk gerak bibirnya terlihat jelas. Untuk ibu atau guru perempuan, pergunakan
pewarna bibir atau lipstik yang sewajarnya, agar ADP dapat berkonsentrasi
membaca gerak bibir
Yang tidak boleh dilakukan:
* Mengalihkan pandangan dan meremehkan saat berbicara dengan ADP
* Memasukkan sesuatu ke dalam mulut saat berbicara.
* Terlalu dekat ketika berbicara, letupan udara yang keluar akan mengganggu
mata ADP.
H. Strategi komunikasi Terhadap Anak Usia Dini
Secara ringkas, komunikasi efektif adalah adanya saling memahami apa yang dimaksud
oleh si pemberi pesan (komunikator) dan yang menerima pesan (komunikan). Kajian
komunikasi lisan (oral communication) sebagai bagian dari pembicaraan
menitikberatkan pada pengucapan. Pada dasarnya, apa yang dikomunikasikan dalam
bentuk lisan harus tersampaikan pesannya secara tepat dan benar. Dalam menyusun
strategi komunikasi yang efektif perlu diperhatikan oleh semua unsur komunikasi yang berkomunikasi secara lisan diantaranya:


1. Penggunaan Istilah
Komunikator baik pendidik, orang dewasa ataupun guru harus memilih
penggunaan istilah dengan tepat agar para komunikanyaitu pihak penerima pesan dalam
hal ini anak usia dini atau anak didik lebih cepat memahami apa yang disampaikan.
Sebagai contoh, ungkapan kata "mungkin, barangkali, bisa saja" dstnya, bisa berakibat
salah tafsir. Bisa saja komunikator bermaksud mengatakan: bolehtetapi ia mengatakan
bisa saja dalam kalimat "Bisa saja kalian membawa bekal makanan dari rumah". Hal
ini akan sedikit membingungkan para komunikan atau anak didik. Para komunikan
mungkin merasa ragu untuk membawa makanan. Berbeda dengan "Kalian
boleh membawa bekal makanan dari rumah".


2. Berksinambungan
Komunikator tentunya sudah memiliki perencanaan sebelum melakukan
komunikasi terhadap komunikan. Bila dilakukan didalam proses pembelajaran maka
jika tidak memiliki perencanaan yang baik, dimungkinkan apa yang menjadi sasaran
pembelajaran tidak tercapai. Guru yang tidak melakukan perencanaan dengan baik akan
melenceng terhadap topik yang dibicarakan. Sehingga dibutuhkan suatu presentasi
yang berkesinambungan dan runtut agar mudah dipahami. Secara umum, biasanya
dengan pengantar (pengenalan) terhadap suatu tema lalu masuk ke isi dan akhirnya
review atau penutup. Dengan kata lain, penjelasan guru harus terfokus dan tidak
menyampaikan hal-hal yang tidak penting apalagi hal yang tidak penting ini
disampaikan secara berkepanjangan. Dengan demikian komunikasi diyakini akan menjadi efektif.


3. Aba-aba untuk berpindah tema
Guru harus memberikan aba-aba melalui berbagai cara yang tepat agar para siswa
mengerti akan adanya topik baru yang harus dicermati. Hal ini akan menjadikan
efektifnya suatu komunikasi. Siswa akan mempersiapkan diri menyimak hal-hal baru /

topik baru. "Anak-anak tadi kalian sudah mempelajari kata benda dengan contoh-
contohnya, sekarang kita akan membahas kata yang bermakna berbeda, namanya kata
sifat, anak anak sudah siap...? Dengan ungkapan seperti ini, anak didik akan menyadari
bahwa mereka akan menghadapi pembahasan baru, sehingga mereka harus terfokus
pada yang baru tersebut agar bisa memahami hal yang baru itu. Anak didik diharapkan
akan berpikir apakah yang baru ada kaitannya dengan yang lama atau tidak tentunya
setelah mendengar dan melakukan diskusi atau pembahasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun