nak,
saat engkau melonjak kegirangan,
menyambut kedatangan ayahmu, kesedihan merambatiku,
membayangkan detik-detik penantianmu...
nak,
saat menemanimu berderai tawa
ada doa moga sang waktu merangkak jenak itu
nak,
saat pekatnya malam mengantar keberangkatanku,
dan menyaksikan engkau tertidur pulas,
ada banyak mimpi yang kutitipkan padamu..
nak,
saat bundamu memberitahu,
sepagian tadi engkau memanggil-manggil namaku,
namun engkau mendapati ayahmu telah pergi.....
tiada kata yang mewakili duka ini....
nak,
ada doa tiada pupus, bahwa engkau memaafkan ayahmu...
ayahmu,
seorang lelaki pernah yang tergugu di sudut toko sepatu
membayang saat bocah,
ia pernah begitu memimpikan memiliki sepatu baru
namun baginya itu adalah sebuah mimpi...
maka,
sebuah janji diikrarkan,
tak ingin membuat bunda dan dirimu,
berseduh sedan karena kekurangan,
untukmu,
ia tukarkan setiap keringatnya,
demi menebus rejeki-Nya
untukmu,
ia titipkan doa pada angin,
agar Tuhan melindungimu senantiasa
nak,
sungguh ayah begitu menyayangimu
selalu
Tuban , Juni 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H