Andai kisah Romeo dan Juliet nyata adanya, barangkali semua dari kita tidak pernah mengetahui apa yang akan dilakukan mereka di "alam" sana, saat mengetahui tragedi percintaan mereka dijadikan sebagai simbol kesucian cinta.
Mungkinkah keduanya bersorak bangga atau mungkin pula si Romeo akan bangkit dari persemayamannya kemudian meminjam tongkat Nabi Musa as, agar para pengaggumnya dilumat mentah-mentah oleh ular jelmaan tongkat itu laksana ular-ular "ciptaan" para penyihir raja Fir'aun yang menyadarkan penyihir-penyihir itu akan kedunguannya.
Pun bisa jadi keduanya hanya akan sekedar tersenyum getir karena toh mereka tak pernah sempat mendefinisikan nasib cinta mereka ; kehormatan atas nama cinta atau kebodohan yang berbaju kepolosan dan berhiaskan keberanian konyol.
Apa yang kemudian patut dijadikan suri tauladan dari sepasang potongan jiwa yang begitu rapuh? kekaguman apa yang masih tersisa dari melankolisme sebuah mimpi yang berjarak begitu rupa dengan landasan realita dan menjadikan kematian sebagai pungkas dari kisah yang begitu penuh gairah awal mulanya?
Begitu ramai kemudian manusia membuat tafsir tentangnya yang menjelma dalam banyak pertalian; keturunan (nasab), pernikahan, persahabatan,pengabdian,penghambaan buah relasi dua entitas baik yang didasarkan pada kesepadanan ( egaliterisme ) maupun antara super ordinat - sub ordinat.
Akan tetapi tentunya kesemuanya sepakat bahwa cinta dan kehidupan adalah kausalitas yang tidak bisa terelakkan.
Hewan melata ada dan beranak pinak karena cinta, manusia ada karena cinta,alam semesta dan isinya ada karena cinta.
Cinta adalah keagungan dan hidup adalah kehormatan, lalu siapa pecinta yang begitu rupa berani menyenandungkan kidung kematian atas nama cinta?
atas nama hidup,
yang dibenci
bukan yang dihindari dan ditakuti
yang dicintai
bukan yang dihasratkan
banyak ketakutan manusia yang tak nyata
lalu mengapa
bersedih untuk sesuatu yang belum nyata adanya?
kehormatan
hanyalah,
keberanian menantang matahari
esok hari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H