Mohon tunggu...
Awalus Shoim
Awalus Shoim Mohon Tunggu... Pengacara - pribadi natural dan kesederhanaan

aktifitas kemasyarakatan dan pemerhati sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memupuk Harapan, Bergayung Sambut Bersama LBH Kesehatan Indonesia

23 April 2022   18:05 Diperbarui: 23 April 2022   18:09 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[01.00, 23/4/2022] Awalus Shoim 🙂💪: Kali ini kutancap gas dari selatannya Jakarta "gerobak besi bertenaga oktan Ron 90" akhirnya menghantarkan, setelah sebelumnya bertukar dari "kuda besi" dan tertahan memaksa balik ke rumah dalam angin dan derasnya hujan menembus gelap dan derasnya curah hujan Jadebotabek. Berharap untuk tidak telat hadir dalam kesamaan visi, hadir dalam membersamai dan menyemai asa para Kartini Indonesia.

Tepat di sore ramadhan 21 April 2022 tak menghalangi para pegiat dan relawan pendamping dan pengarah setiap anak bangsa yang kesulitan dan terkendala akan hak  hidup secara sehat dan layak hadir dalam Talk Show "Perempuan Sehat Negara Kuat" di bilangan Senayan , Cafe Hello Friends" yang cukup homys menyamankan kami saling bertegur sapa dan mengungkap pengalaman kiprah pendampingan.

Tema yang diusung cukup padat dan mengena dalam momen hari Kartini, dan setelah serentak gema Indonesia Raya bergetar, bait yang kuharap 3 Stanza, tapi memang kita belum terbiasa, next  bisa dikumandangkan ulang sebagaimana rasa awal Wage Rudolf Supratman rekam di rumah Yo Kim Tjan dan digaungkan dengan piringan hitam dalam Sumpah Pemuda 28  Oktober 1928.

Terlihat antusiasme para Srikandi berbalut Kartini dengan dominasi Merah dan corak penuh guratan batik dalam aneka model balutan membungkus keceriaan dan kesungguhan hadir mengaduk rasa merancang karsa akan pesannya, "Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam." -RA Kartini.

Setelah setahun perjalanan LBH Kesehatan  tak lepas dari sosok Tina Tamher yang  sebagai Ketua Umum LBH Kesehatan Indonesia, mengungkap bahwa perhatian kita akan stunting (gagal tumbuh-kurang gizi pada bayi 2-3 tahun), Pelecehan seksual pada perempuan, kekerasan perempuan dalam rumah tangga dan membangkitkan UMKM pada perempuan Indonesia sebagai bentuk kemandirian dan kekokohan perempuan dalam perannya penopang kesehatan dan ketangguhan sebuah bangsa.

Adapan kak Ellen atau Eleonora Moniung selaku Sekjen LBH Kesehatan Indonesia lebih mengingatkan kita akan peran dan perhatian pemerintah baik dari sisi kesehatan dan perlindungan akan regulasi dan advokasi kesehatan yang lebih membela dan memberi ruang perhatiam pada kasus kekerasan pada perempuan.

Hadirnya mbak Yuli Supriati sebagai aktifis yang malang melintang dalam banyak pendampingan masyarakat terpinggir baik dari sisi advokasi maupun class action pendampingan korban atau pasien menghangatkan diskusi dan isi dari misi lembaga ini, sayang jika nantinya tidak dibuatkan kesempatan via zoom, Google meet atau live youtube karena banyak hal yang mencerahkan kami semua terkait bagaimana link and matchnya regulasi, petunjuk tekhnis, sistem penanganan, alur layanan, stakeholder kesehatan di Indonesia Pemerintah selaku regulator, rumah sakit pelaksana kebijakan dan paramedis selaku eksekutor lapangan dikupas habis di sini, termasuk perhatiannya pada kejadian buruh yang setiap hari terkontaminasi racun zat kimia, dan dinetralisir detoksin hanya dengan susu kental manis yang jelas berkandungan gula di daerah Kalimantan Selatan.

Talk show yang makin nyaring tapi nggak garing karena dipandu dengan kerenyahan dan penguasaan tema oleh kak Marnie alias Rusmanie Ruslie, aktifis yang aktif diberbagai ruang iedealisme dari era 98, berhasil mengentalkan konklusi dan merangsang solusi dengan mencoba mengayak dari hadirmya Kartini muda milenial, Nila Kurniasari, yang lebih menyoroti dan berbagi pengalaman saat pendampingan juga proses publikasi saat di sebuah media ternama di jakarta, dan ruang penampingan itu banyak ragam dan kesempatannya, bisa advokasi langsung, bisa dengan membangun jejaring dengan parlemen hingga membangun dukungan publik dengan media atau koordinasi para pihak terkait.

Sebagai 'Kartono" yang hadir dalam membangun dan mencoba mencerna sinergitasnya saya tersadarkan bahwa Kartono alias Raden Mas Panji Sosrokartono kakak RA Kartini  lebih bisa wise dan mencerdaskan dirinya untuk selanjutnya menjadi pemuda yang mengenyam overseas-pendidikan di Hindia Belanda lewat bahasalah dikuasai puluhan bahasa asing, dan mesti menggantengkan" diri dengan 'De Mooie Sos" sebutan Kartono dari para wanita bule Eropa. Kartono yang dekat dengan Ki Hajar Dewantara dan  kawan diskusi Suekarno Hatta muda dan punya kemampuan menyembuhkan penyakit, Pangeran ganteng dan cerdas yang dilupakan dalam sejarah namun berperan dalam banyak perjalanan keberadaan bangsa ini.

Akhirnya saya benar terkenang nasehat tulisan dari om Pram, " Hidup yang berarti dan mati lebih berarti lagi, berterima kasihlah pada segala yang memberi kehidupan". Semoga visi pelayan advokasi dan hak informasi dan tertib dari kepastian hukum kesehatan masyarakat bisa dilakukan dengan bijaksana, lugas dan bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun