Terdapat sebuah mitos yang umum dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Mitos ini terus bermunculan dan dipercaya oleh beberapa masyarakat, terutama dalam masyarakat agraris dan tradisional.
Tapi, apa itu mitos? Menurut Cremers, mitos adalah cerita atau narasi yang berasal dari tradisi lisan dan memiliki unsur magis atau keajaiban.
Lalu menurut Levi Strauss, mitos didefinisikan sebagai cerita atau narasi yang mengandung simbol dan strutkur simbolik.
Secara umum, definisi mitos menurut para ahli tersebut membahas aspek fantastis, simbolik dan tradisional yang terkait dengan cerita-cerita yang beredar di kehidupan rakyat yang berlatar masa lampau dan memiliki nilai-nilai spiritual atau moral.
Lalu apakah benar jika memiliki banyak anak akan memberikan banyak rezeki?
Mitos ini tidaklah relevan dalam konteks ekonomi modern karena banyaknya anak tidak selalu menjamin peningkatan pendapatan. Sebaliknya, memiliki banyak anak memberi beban pada sumber daya keluarga terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Mitos ini kurang valid di era modern ini karena terdapat tantangan biaya hidup yang tinggi dan kebutuhan pendidikan yang meningkat. Banyak keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar jika memiliki anak terlalu banyak.
Penelitian menunjukkan bahwa perawatan dan pendidikan anak yang baik lebih penting daripada jumlah anak. Keluarga yang memiliki jumlah anak sedikit dan dapat memberikan pendidikan yang baik cenderung memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan.
Saya sebagai mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia dapat melihat beberapa fenomena banyak anak banyak rezeki ini dari berbagai perspektif, mulai dari sosial, budaya maupun sastra.
1. Keterkaitan dengan Tradisi dalam Perspektif Sosial
Keyakinan ini sering kali berakar dari tradisi dan nilai-nilai masyarakat yang memandang anak sebagai sumber kebahagiaan dan dukungan di masa tua dan memiliki banyak anak dianggap sebagai investasi untuk masa depan.
Â
2. Perubahan Nilai dalam Perspektif Budaya
Seiring dengan perkembangan zaman dan urbanisasi, nilai-nilai ini mulai mengalami perubahan. Generasi muda cenderung lebih memilih untuk memiliki keluarga kecil dengan penekanan pada kualitas pendidikan dan kesejahteraan anak.
3. Simbolisme
Dalam sastra, anak sering kali diartikan sebagai simbol harapan dan masa depan. Karya-karya yang menggambarkan kehidupan keluarga besar dapat mencerminkan nilai-nilai budaya serta tantangan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
Menurut pendapat saya, pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan kualitas hidup. Memiliki sedikit anak tetapi memberikan pendidikan yang baik bisa menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan. Kesadaran tentang kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga sangat penting agar masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih bijak mengenai jumlah anak. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini ketika merencanakan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H