Mohon tunggu...
Awaludin Rauf Firmansyah
Awaludin Rauf Firmansyah Mohon Tunggu... Teknisi - Educate Yourself - Penggemar Sepak Bola, Sejarah, dan Seni

Just Sharing

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pearl Harbor dan "Denial" yang Mengubah Dunia

7 Desember 2020   08:13 Diperbarui: 7 Desember 2020   08:30 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pearl Harbor saat ini (sumber: Viator.com)

Minggu pagi itu barangkali menjadi pagi yang diingat oleh warga Amerika Serikat bahkan dunia sekalipun. Tiada firasat apapun yang melingkupi tentara penjaga Amerika Serikat di Pearl Harbor, yang berjarak tak kurang dari 4000 mil jauhnya dari negeri matahari terbit. 

Di momen tersebut, armada udara jepang menyerbu pangkalan militer DAN membombardir piranti perang milik AS hingga menewaskan sekitar 2400 tentara AS dan warga sipil baik yang masih siaga di kapal maupun di sekitar daratan.

Serangan yang dilancarkan jepang bukan tanpa persiapan matang. Berbulan-bulan sebelumnya, prajurit kekaisaran jepang telah berlatih dan menyusun strategi jitu untuk bisa menyerang AS lebih dulu sebelum kekaisaran bisa leluasa berkepentingan di Asia Pasifik yang kala itu dikuasai eropa dan sekutunya (termasuk AS).

Beberapa tahun sebelum pagi kelabu tersebut, perseteruan AS dan Jepang memang makin sengit, dimulai ketika kekaisaran mulai melakukan ekspansi kekuasaan hingga melancarkan perang kepada China tahun 1937. 

AS yang mengetahui bahwa jepang punya ambisi di pasifik pun merespon dengan melakukan embargo dagang kepada Jepang. Hal ini membuat kekaisaran geram dan berencana untuk segera membereskan Amerika. Dan hari yang ditunggu pun tiba, setelah menulis surat wasiat dan berdoa dengan hikmat di kuil shinto darurat, pasukan nasionalis ini tak gentar untuk menantang maut dan terjun ke medan pertempuran.

Seperti dijelaskan di awal bahwa Amerika sendiri tak kepikiran akan datangnya serangan dari negeri di timur asia tersebut. Komandan militer yang bertugas saat itu, Jendral Kimmel bahkan berkelakar bahwa tidak mungkin jepang melakukan tindakan bodoh dengan menyerang pasifik, terlebih jarak antara Jepang dengan Hawaii dirasa cukup jauh sehingga akan buang-buang energi jika memang harus menyerang. 

Selain itu secara psikologis, masyarakat AS saat itu merasa peperangan bukan tujuan utama dan cenderung trauma akan adanya perang saudara di masa lalu. Sehingga adanya serangan maupun perang bukan hal utama yang diperhitungkan meski tetap ada probabilitas kejadian.

Walaupun probabilitas adanya serangan sangat terbuka, nyatanya tak membuat jendral dan militer takut namun malah menyangkal akan kemungkinan yang ada (diduga jendral kimmel sedang tidur ketika agresi terjadi).

Naas, seperti hari-hari bisanya, Pearl Harbor pagi itu tak dilengkapi penjagaan dan pengamanan yang ekstra dari militer. Walhasil dengan sigap pasukan jepang leluasa menyerang dari udara, ya dari udara, titik yang tidak diduga-duga oleh Amerika. Kala itu fokus latihan militer AS di Pearl Harbor lebih menitikberatkan pada kekuatan armada darat dan laut beserta antisipasi serangan dari medan yang sama dan tidak terlalu mempertimbangkan ancaman serangan udara.

Pearl Harbor saat ini (sumber: Viator.com)
Pearl Harbor saat ini (sumber: Viator.com)

Dengan cepat, serangan udara jepang dengan lepasan torpedo mampu menghujam kapal-kapal AS hingga meledak dan tenggelam. Kerusakan hampir ada di tiap sisi dan menimbulkan banyak korban jiwa khususnya untuk pihak AS.

Amerika kalah hari itu, bala bantuan dari pangkalan Filipina terlambat tiba, namun beberapa aset penting seperti penyimpanan BBM dan galangan kapal tetap utuh. 

Sehari kemudian, rakyat paman sam yang semula takut perang kini membulatkan tekad, genderang perang pun ditabuh hari itu juga sesaat setelah Presiden Franklin Delano Roosevelt mengumumkan perang kepada jepang. Tiga hari kemudian giliran Italia dan Jerman (berkoalisi dengan Jepang) mendeklarasikan perang kepada AS, yang tak mau kalah membangun poros sekutu bersama inggris dan soviet. Perang dimulai dengan medan utama di Asia Pasifik dan Eropa. 

Efek ledakan di Hiroshima (Sumber: Time.com)
Efek ledakan di Hiroshima (Sumber: Time.com)

Jepang yang berupaya menjadi cahaya terang bagi Asia dan sekitar nyatanya mendapatkan kado berupa cahaya yang lebih terang dari Bom Nuklir yang dijatuhkan AS ke Hiroshima dan Nagasaki 3,5 tahun kemudian. 

Tragis memang, Amerika membalas dan pada akhirnya Jepang menyerah, tapi tanpa momen itu mungkin saja tak ada status quo di Indonesia. Dan menariknya Jepang bisa bangkit setelahnya dan bisa berjaya di kemudian hari, sedangkan kita merdeka tapi tetap begini saja sampai hari ini.

Referensi: History.com, Pearl Harbor: Intelligence, psychology and command failure oleh Matthew J Cadbury dalam Journal Of Intelligence And Terrorism Studies

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun