Artikel ini berisikan daftar 11 pemain terbaik dari 11 musim berbeda secara berturut-turut dari musim 2009/2010 hingga setidaknya sebelum musim ini diberhentikan untuk sementara menyusul wabah Covid-19 yang telah melumpuhkan banyak negara. Untuk tiap musim dipilih satu pemain dengan posisi yang kadangkala bisa berbeda.
Pemilihan terbaik atau tidaknya berdasarkan statistik dan pengaruh nyata yang diberikan kepada klub. Artikel ini bisa menjadi salah satu nostalgia terhadap klub kesayangan saudara dan harapannya dapat menghibur anda tanpa memandang dari mana anda berasal. Langsung saja cek 11 bintang yang membuat The Roman Emperor perkasa di kancah domestik dan eropa.
Kiper :
Thibaut Courtois (2017/2018) : Kiper jangkung asal Belgia ini tampil apik bersama Chelsea dengan total 19 nirbobol di semua ajang. Di akhir musim, courtois dkk berhasil membawa Chelsea meraih gelar Piala FA ke 8 sepanjang sejarah.
Bek :
Branislav Ivanovic (2012/2013) : Pria Serbia ini cukup rutin menggalang lini belakang Chelsea bersama John Terry ataupun bergantian dengan Cesar Azpilicueta. Pemain yang dapat beroperasi menjadi bek tengah ini menjadi sosok kunci kemenangan The Blues atas Benfica berkat gol menit akhir nya di Final Europa League 2013.
John Terry (2014/2015) : Di Musim ini, pasukan racikan Jose Mourinho berhasil tampil gemilang dengan menyabet dua gelar domestik yakni trofi Liga Inggris dan Piala Liga.
Nama-nama seperti Eden Hazard, Diego Costa, dan Cesc Fabregas mencuat ke permukaan sebagai aktor top akan kesuksesan The Blues di periode ini. Akan tetapi, publik juga tak boleh melupakan peran kapten John Terry yang tak pernah absen satu laga pun di Liga dan berperan penting dalam menjaga keperawanan gawang yang kala itu dijaga oleh Courtois bergantian dengan Cech.
Antonio Rudiger (2018/2019) : Rudiger yang mulai naik daun bersama Roma hampir selalu menjadi pilihan utama Maurizio Sarri dalam memimpin lini belakang Chelsea.
Bersama David Luiz, Rudiger membuat lini belakang Chelsea lebih solid dengan tingkat nirbobol yang lebih banyak dari musim sebelumnya. Di akhir musim, Rudiger dkk berhasil membawa gelar Europa League untuk kali kedua dalam 10 tahun terakhir.
Marcos Alonso (2016/2017) : Pemain yang didatangkan dari Fiorentina ini sejatinya bukan nama baru di Liga Inggris. Jauh sebelum Hazard bergabung, mantan pemain akademi Real Madrid ini sudah mencicipi kerasnya Liga Inggris bersama Bolton dan Sunderland.
Hal itu membuatnya tak perlu lama beradaptasi lagi ketika kembali ke Britania bersama The Blues. Di musim perdananya ini, Alonso total tampil dalam 34 laga dengan torehan 6 gol, cukup menarik atensi fan akan kerinduan dengan sosok Ashley Cole.
Willian (2015/2016) : Musim tersebut menjadi musim yang cukup antiklimaks bagi The Blues. Tampil sebagai juara bertahan, nyatanya Chelsea harus tertatih-tatih di hampir semua kompetisi dan menjadi alasan utama dipecatnya Mourinho ketika itu.
Di sisi lain, Willian cukup sering menjadi penyelamat The Blues atas gol-gol pentingnya sekaligus menjaga marwah Chelsea sebagai tim dengan pemain sayap yang berbahaya.
Frank Lampard (2009/2010): Lampard barangkali menjadi gelandang pertama di era modern yang bisa mencetak lebih dari 20 gol dalam satu musim liga. Taktik dan Strategi brilian dari Ancelotti membuat peran Lampard lebih hidup baik sebagai penyuplai bola ke lini depan maupun menjadi juru gedor dari lini kedua.
N’golo Kante (2019/2020): Agak sulit nampaknya memilih antara Kante dan Jorginho. Akan tetapi peran, determinasi, dan kerja keras Kante patut diapresiasi dalam menjaga kedalaman lini tengah Chelsea.
Florent Malouda (2010/2011): Masih teringat pada dua musim era Carlo Ancelotti, Chelsea membentuk trio maut berisikan Didier Drogba, Anelka, dan Malouda sendiri. Di musim 2010/2011, Malouda tampil cukup dominan di sisi kiri lini depan The Blues. Bahkan di putaran pertama, Malouda sempat memimpin topskor Premier League bersama Berbatov.
Didier Drogba (2011/2012): Drogba barangkali menjadi pembelian terbaik Chelsea di era Abramovich. Berkat aksi magis dari penyerang berpaspor Pantai Gading ini, Chelsea menjadi kekuatan yang luar biasa di Eropa.
Setelah mencetak gol penentu vs Liverpool di Final Piala FA, Drogba membayar kegagalannya di final UCL vs United tahun 2008 (ya, drogba dikartu merah waktu itu) dengan menjadi mencetak gol penyama kedudukan dan berlanjut menjadi algojo penalti terakhir The Blues dalam kemenangan atas Bayern di Munich.
Eden Hazard (2013/2014): Peran Hazard cukup vital bagi Chelsea yang kala itu sedang ingin bangkit di periode kedua kepelatihan Jose Mourinho. Walaupun gelar juara baru hadir di musim selanjutnya, sejatinya cap Hazard sebagai predator mematikan di Premier League baru ditasbihkan di musim tersebut. Total Hazard mencetak 17 gol di semua ajang pada periode 2013-2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H