Mohon tunggu...
Awaludin Ridlo
Awaludin Ridlo Mohon Tunggu... Penulis - Hamba

Belajar menulis, mohon support dan bimbingannya :) Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ibadah Puasa Mengajarkan Banyak Hal

16 Maret 2024   07:33 Diperbarui: 16 Maret 2024   12:14 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibadah puasa tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga mengajarkan banyak hal yang bernilai dalam kehidupan kita."

Dalam kehidupan sehari-hari, ibadah puasa seringkali dianggap sebagai aktivitas ritual semata yang hanya berfokus pada menahan lapar dan haus. Namun, di balik aspek fisiknya, terdapat beragam nilai dan pelajaran yang dapat dipetik dari ibadah puasa. Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga merupakan sebuah proses pembelajaran yang mengajarkan kita tentang kesabaran, pengendalian diri, empati terhadap orang lain, serta meningkatkan kualitas spiritual dan moral. Dengan memahami lebih dalam esensi dari ibadah puasa, kita akan menyadari bahwa di balik keterbatasan fisik, terbentanglah kesempatan besar untuk pertumbuhan dan pembentukan karakter yang lebih baik.

Membiasakan hidup sehat

Pada zaman serba-instan saat ini, kita terpapar berbagai racun yang dapat masuk ke dalam tubuh tanpa disadari. Makanan yang diberikan kepada anak-anak juga mengandung banyak toksik seperti perasa, pewarna, dan pengawet, melebihi batas ambang toleransi. Jumlah toksik dalam tubuh dapat mencapai tingkat yang tak terhingga dan berpotensi menyebabkan berbagai penyakit baik akut maupun kronis. Detoksifikasi menjadi penting dalam penyembuhan tubuh yang sakit karena akumulasi toksik. Puasa merupakan cara terbaik untuk membersihkan tubuh dari racun. Meskipun banyak teori yang menyatakan bahwa puasa dapat mengobati penyakit, mekanisme sebenarnya adalah memberikan kesempatan pada tubuh untuk beristirahat dari pengolahan makanan dan menggunakan energi untuk perbaikan tubuh. Selama puasa, tubuh melakukan detoksifikasi alami karena tidak ada makanan yang masuk, sehingga organ seperti hati dan limpa membersihkan diri dari racun. Proses ini dapat menghambat penuaan dan memberikan tampilan wajah yang lebih berseri jika puasa dilakukan dengan benar.

Ibnu Sina (980-1037 M), seorang dokter muslim terkenal pada masanya, menerapkan konsep puasa untuk pasien-pasiennya. Ia selalu mengharuskan setiap pasien yang datang kepadanya untuk berpuasa selama tiga minggu. Baginya, puasa merupakan terapi efektif dan murahmeriah dalam menyembuhkan penyakit pasien-pasiennya. Dan jauh waktu sebelumnya, Rasulullah Saw. telah bersabda yang artinya "Berpuasalah kalian, niscaya kalian menjadi sehat." (HR. Ibnu Suni dan Abu Nu'aim).

Melatih mengenal nilai nikmat

Dalam hidup ini, Allah memberikan banyak sekali nikmat kepada manusia, tetapi sayangnya banyak orang yang tidak menghargainya. Padahal, manusia tidak bisa menghitung atau mencatat semua nikmat yang diberikan Allah secara cuma-cuma. Karena itu Allah berfirman: yang artinya "Dan Allah telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menuntaskannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Q.S. Ibrahim 34).

Menanamkan kebersamaan dan persatuan

Puasa adalah bentuk konkret dari persatuan umat Muslim di seluruh dunia. Dalam puasa, semua orang, baik kaya maupun miskin, pemimpin dan rakyat, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, bersama-sama menahan diri dari makan dan minum pada waktu yang sama serta berbuka pada waktu yang sama, sebagai ibadah kepada Tuhan mereka sambil memohon ampunan-Nya. Mereka semua merasakan lapar dan mematuhi larangan yang sama di siang hari, serta memiliki peran yang sama dalam menyebarkan nilai-nilai yang berkaitan dengan puasa. Dengan demikian, puasa menciptakan kesatuan dalam tujuan, perasaan, kesadaran, dan kesetaraan di antara umat Muslim yang berpuasa.

Secara keseluruhan, umat Islam berdiri dalam satu barisan pada satu musim tertentu dalam setiap tahun dan dalam beberapa hari tertentu di antara seluruh umat manusia di dunia ini. Hal itu merupakan barisan pemersatu dan penghubung antara komponen umat Islam secara keseluruhan, meskipun mereka dipisahkan oleh tempat tinggal yang berjauhan. Dengan demikian, terealisasilah apa yang difirmankan Allah Swt yang artinya "Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku." (Q.S. Al Mukminun 52)

Meningkatkan keimanan

Imam an Nawawi menjelaskan, pada dasarnya, agama, keimanan, dan Islam memiliki makna yang sama. Ketaatan terhadap ajaran tersebut juga disebut iman dan agama. Dengan demikian, semakin banyak seseorang beribadah, maka iman dan agamanya akan bertambah. Sebaliknya, jika ibadahnya sedikit, maka iman dan agamanya akan berkurang. Agama bisa berkurang karena dosa, seperti meninggalkan shalat, puasa, dan kewajiban lain tanpa alasan yang sah. Atau juga bisa berkurang karena tindakan yang bukan dosa, seperti tidak melakukan shalat Jumat, berjihad, dan hal-hal lain yang menjadi tidak wajib karena ada alasan tertentu

Sementara Syekh Muhammad Nawawi al Jawi menerangkan, sesungguhnya para ulama salaf telah sepakat bahwasanya iman itu bisa bertambah dan juga bisa berkurang, bertambahnya dengan ketaatan-ketaatan dan berkurangnya sebab kemaksiatan-kemaksiatan. Iman adalah ucapan melalui lisan, keyakinan di dalam hati, dan realisasi dengan amal perbuatan. Iman menjadi bertambah sebab ketaatan, berkurang karena kemaksiatan, menjadi kuat dengan ilmu, menjadi lemah sebab kebodohan, dan hanya dengan taufiq (pertolongan) dari Allah-lah iman dapat terealisasi secara nyata.

Menanamkan nilai-nilai sosial

Dengan puasa, seseorang dapat merasakan lapar dan haus, yang pada akhirnya memberikan pengertian tentang kesulitan yang dirasakan orang lain. Karena sensasi lapar dan haus akan berakhir saat waktu berbuka tiba. Diharapkan, puasa dapat membangkitkan jiwa sosial dan rasa solidaritas terhadap sesama Muslim yang masih mengalami penderitaan yang belum tentu berakhir. Oleh karena itu, sebagai bentuk dari jiwa sosial dan solidaritas, sebelum Ramadan berakhir, kita diwajibkan untuk membayar zakat. Hal ini akan membantu kita meningkatkan empati dan kepedulian terhadap penderitaan orang lain, langkah demi langkah.

Di lain sisi, amalan-amalan di bulan Ramadan mendapat nilai prioritas dari Allah Swt. Amalan sunat diberi pahala seperti amalan wajib, dan amalan wajib dilipatgandakan sampai menjadi tujuh puluh kali lipat. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya "Barangsiapa ber-taqarrub di bulan Ramadan dengan satu kebaikan (kesunahan), maka seolah ia telah menunaikan ibadah wajib di luar Ramadan. Dan barangsiapa melaksana kan satu ibadah wajib di bulan Ramadan, maka seolah ia telah menunai kan tujuh puluh kali ibadah wajib di luar Ramadan." (H.R. Ibnu Khuzaimah dan al Baihaqi).

Membiasakan berbudi pekerti yang baik

Puasa adalah cara bagi seseorang untuk mengendalikan diri dan memperbaiki karakter, seperti kebaikan, tolong-menolong, kasih sayang, kesabaran, dan akhlak mulia lainnya. Melalui puasa, seseorang bisa membangun kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap langkahnya. Dengan berpuasa, seseorang lebih berhati-hati dalam menjauhi dosa yang bisa mengurangi pahala puasanya, karena dia yakin Allah mengetahui semua yang dia lakukan, bahkan jika tidak ada yang melihatnya. Ini membantu membangun kepedulian moral yang kuat, sehingga dia tidak akan melakukan dosa di mana pun dan kapan pun karena merasa selalu diawasi oleh Allah, yang pengawasannya jauh lebih luas daripada manusia. Inilah maqam ihsan yang pernah dijelaskan oleh Nabi SAW. di dalam sebuah haditsnya tatkala beliau ditanyai oleh Malaikat Jibril tentang arti ihsan yang sesungguhnya, beliau menjawab yang artinya : "Ihsan ialah engkau mengabdi kepada Allah seolah engkau melihat-Nya, dan jika engkau seolah tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia pasti melihatmu." (H.R. Muslim).

Melatih berjiwa sabar

Puasa sebenarnya adalah latihan untuk mengendalikan keinginan dan mengatasi dorongan hawa nafsu manusia serta sebuah perubahan besar dalam kebiasaan seseorang. Karena manusia adalah makhluk yang memiliki keinginan, dan kebaikan sebenarnya adalah kehendaknya. Agama pada dasarnya adalah tentang kesabaran untuk taat kepada perintah Allah atau kesabaran untuk menahan diri dari dosa. Dan dalam puasa, kita bisa melihat dua bentuk kesabaran tersebut. Karena itu, tidak aneh bila Nabi SAW. menyebut bulan Ramadan sebagai syahru al-shabri (bulan kesabaran), seperti yang dijelaskan dalam salah satu sabdanya yang artinya "Puasa pada bulan kesabaran dan tiga hari dari tiap-tiap bulan dapat menghilangkan amarah hati." (H.R. Al Bazar, ath Thabrani, dan al Baghawi).

Daftar Pustaka:

Wahbah az Zuhaili, al Fiqhu al Islamiyu wa Adiiltuhu, (Damaskus: Daar al Fikri, 1989)

al Muwaafaqaat, (Bairut: Al Maktabah al Ashriyah, 2003)

Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008)

dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun