Empati dapat dibangun melalui pendidikan dan penyadaran publik. Sekolah, media, dan organisasi sosial perlu memberikan informasi yang lebih akurat dan lengkap mengenai masalah tunawisma. Menggambarkan tunawisma dengan cara yang lebih positif, seperti berbagi kisah sukses mereka yang berhasil keluar dari kemiskinan atau menunjukkan perjuangan sehari-hari mereka untuk bertahan hidup, dapat membantu mengurangi stereotip negatif. Menghadirkan cerita pribadi dari kaum tunawisma juga dapat membuat masyarakat melihat mereka sebagai individu yang layak mendapatkan hak yang sama seperti orang lain.
Selain itu, program-program sosial yang melibatkan masyarakat dalam upaya membantu kaum tunawisma dapat meningkatkan empati. Misalnya, melalui kegiatan sukarela di penampungan, program pembagian makanan, atau inisiatif penyediaan layanan kesehatan gratis bagi mereka yang membutuhkan. Dengan berinteraksi langsung dengan tunawisma, masyarakat dapat lebih memahami kebutuhan mereka, yang sering kali sangat mendasar, seperti tempat tinggal yang aman, makanan, serta akses ke perawatan medis dan kesehatan mental.
Kebijakan yang Lebih Manusiawi
Untuk benar-benar menghapus stigma tunawisma, kita juga membutuhkan kebijakan yang lebih manusiawi dari pemerintah dan lembaga terkait. Penanganan tunawisma tidak dapat dilakukan hanya dengan menyediakan tempat penampungan darurat atau mengusir mereka dari ruang-ruang publik. Sebaliknya, kita memerlukan pendekatan yang holistik dan jangka panjang.
Salah satu kebijakan yang terbukti efektif adalah "Housing First," sebuah pendekatan yang memprioritaskan penyediaan tempat tinggal tetap bagi tunawisma sebelum memberikan layanan lain seperti kesehatan mental atau pelatihan keterampilan kerja. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman bahwa memiliki tempat tinggal yang aman dan stabil adalah langkah pertama yang krusial dalam membantu seseorang untuk memulihkan kehidupannya. Dengan memberikan rumah terlebih dahulu, individu tunawisma memiliki fondasi yang lebih kuat untuk mengatasi masalah-masalah lain dalam hidup mereka.
Di samping itu, akses terhadap perawatan kesehatan mental dan layanan sosial lainnya juga harus ditingkatkan. Banyak tunawisma yang membutuhkan bantuan psikologis atau rehabilitasi dari kecanduan. Dengan menyediakan layanan ini secara terjangkau dan mudah diakses, kita dapat membantu mereka keluar dari lingkaran kemiskinan dan tunawisma.
Kesimpulan
Menghapus stigma terhadap kaum tunawisma bukanlah tugas yang mudah, tetapi sangat penting jika kita ingin menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Masyarakat harus berhenti memandang tunawisma sebagai masalah individual semata dan mulai melihatnya sebagai masalah sosial yang kompleks yang memerlukan solusi bersama. Membangun empati melalui pendidikan, kesadaran publik, dan kebijakan yang manusiawi adalah langkah pertama yang sangat penting.
Kaum tunawisma adalah bagian dari masyarakat kita. Mereka memiliki hak untuk hidup layak dan dihormati, seperti halnya setiap warga lainnya. Dengan menghapus stigma dan memperlakukan mereka dengan empati, kita bukan hanya membantu mereka keluar dari kondisi sulit, tetapi juga memperkaya kemanusiaan kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H