Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengali Kebenaran, Menyisir Penghianatan di Balik Layar Perusahaan

8 September 2024   09:42 Diperbarui: 8 September 2024   09:45 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: https://www.hukumonline.com)

Di sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang teknologi, ada sebuah pepatah lama yang sering diucapkan oleh Direktur Utama, Arman Setiawan, "Menemukan krikil di dalam sepatu lebih mudah daripada menemukan pengkhianat di dalam perusahaan." Pepatah itu bukan sekadar kiasan. Di tengah kesibukan yang mengharuskan perusahaan itu menghadapi kompetisi ketat dan tantangan inovasi, Arman merasa bahwa menemukan pengkhianat di dalam timnya jauh lebih sulit daripada mengatasi masalah teknis atau operasional.

Setelah peristiwa yang mengejutkan sebuah data penting perusahaan dicuri dan dijual kepada pesaing Arman tahu bahwa dia harus bertindak. Ada satu karyawan yang menjadi sorotan utama: Dimas, kepala departemen pengembangan produk, seorang pria yang dikenal pintar dan penuh dedikasi. Namun, di balik karir cemerlangnya, Arman merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Arman memutuskan untuk menyelidiki sendiri. Tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk tim manajemennya, Arman mulai mengumpulkan informasi. Dia tahu bahwa pengkhianat biasanya bersembunyi di balik wajah yang paling tidak mencurigakan. Oleh karena itu, ia merancang strategi yang cermat dan berhati-hati.

Dia memulai dengan memeriksa rekam jejak Dimas di dalam sistem perusahaan. Ternyata, Dimas memiliki akses yang sangat luas, termasuk ke sistem keamanan dan data sensitif. Arman juga mengetahui bahwa Dimas sering kali bekerja lembur di malam hari, yang seolah-olah memberi kesempatan untuk berbuat curang. Namun, hanya melihat data tidaklah cukup; Arman perlu mendapatkan bukti nyata.

Arman memutuskan untuk menugaskan Deni, karyawan lainnya secara khusus untuk selalu memantau kegiatan dan pergerakan Dimas tanpa diketahui oleh Dimas sendiri. Deni bekerja dari meja yang bersebelahan dengan meja Dimas. Dengan cara ini, ia dapat memantau aktivitas Dimas secara langsung. Hari demi hari berlalu, Deni dengan sabar memantau setiap gerak-gerik Dimas.

Pada suatu malam, ketika perusahaan sepi dan hanya beberapa orang yang tersisa di kantor, Deni melihat Dimas menggunakan komputer kantor untuk mengakses data yang seharusnya hanya bisa diakses oleh tim IT. Deni memerhatikan Dimas mengirimkan email dengan lampiran yang mencurigakan ke alamat email luar perusahaan. Deni mencatat setiap detail dan memastikan untuk menyimpan bukti-bukti tersebut.

Keesokan harinya, Deni melaporkan temuannya kepada Arman dan Arman dengan segera memerintahkan tim keamanan siber perusahaan agar mereka melakukan audit menyeluruh terhadap semua aktivitas email dan akses data. Hasilnya sangat mengejutkan: Dimas telah mengirimkan beberapa dokumen rahasia kepada pesaing dengan imbalan sejumlah uang. Ini adalah pengkhianatan yang sangat serius, dan Arman tahu langkah selanjutnya harus diambil dengan hati-hati.

Arman mengumpulkan tim manajemen senior dan menunjukkan bukti yang telah dikumpulkan. Seluruh ruangan terdiam saat dia menjelaskan tindakan Dimas. Beberapa orang terkejut, sementara yang lain merasa marah. Mereka semua setuju bahwa Dimas harus dihadapi dengan tegas.

Saat Arman menemui Dimas di ruang rapat, suasana tegang. Dimas tampak bingung dan ketakutan saat Arman memaparkan semua bukti. "Dimas, kamu tahu mengapa kami berada di sini," kata Arman dengan nada tegas. "Kami memiliki bukti yang jelas bahwa kamu telah mengkhianati perusahaan ini."

Dimas tidak dapat menyangkalnya. Setelah beberapa menit, ia akhirnya mengakui kesalahannya dan mengungkapkan semua detail. Ia mengaku terdesak oleh utang dan godaan uang yang sangat besar dari pesaing. Meskipun alasan Dimas terdengar seperti alasan yang bisa dipahami, pengkhianatannya tidak bisa dimaafkan begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun