Stereotip gender yang ada dalam masyarakat sering kali menempatkan ibu sebagai pengasuh utama dan ayah sebagai penyedia kebutuhan finansial. Stereotip ini merugikan kedua belah pihak. Ibu yang terjebak dalam peran tradisional sering kali merasa terisolasi, kurang dihargai, dan tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri di luar rumah. Sebaliknya, ayah yang ingin terlibat dalam pengasuhan sering kali dianggap "tidak maskulin" atau "lemah".
Mengubah perspektif ini penting untuk menciptakan keluarga yang lebih setara dan adil. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan menunjukkan bahwa merawat anak bukanlah tugas yang "khas perempuan" melainkan tugas yang bisa dilakukan oleh siapa saja.Â
Ini juga membuka peluang bagi ibu untuk mengejar karier dan pengembangan diri di luar rumah, karena tugas pengasuhan tidak lagi dianggap sebagai tanggung jawab tunggal mereka.
Tantangan yang Dihadapi dalam Memperoleh Kesetaraan dalam Pengasuhan
Meskipun pentingnya peran ayah dalam pengasuhan semakin diakui, masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai kesetaraan dalam pengasuhan. Salah satu tantangan utama adalah budaya dan tradisi yang kuat yang memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap peran gender. Banyak keluarga masih terperangkap dalam paradigma lama, di mana ayah merasa tidak nyaman atau tidak tahu bagaimana cara terlibat dalam pengasuhan anak.
Selain itu, ada faktor ekonomi yang sering kali menjadi penghambat. Banyak ayah yang merasa perlu bekerja lebih lama untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga, sehingga waktu yang mereka miliki untuk pengasuhan anak menjadi terbatas.Â
Namun, dengan adanya fleksibilitas kerja yang semakin diadopsi oleh banyak perusahaan saat ini, seperti jam kerja fleksibel atau opsi bekerja dari rumah, ayah memiliki peluang lebih besar untuk lebih terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka.
Langkah Menuju Kesetaraan dalam Pengasuhan
Untuk mencapai kesetaraan dalam pengasuhan, diperlukan langkah-langkah konkret baik dari individu, keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Beberapa langkah yang bisa diambil meliputi:
- Edukasi dan Kesadaran: Membuka ruang diskusi tentang pentingnya peran ayah dalam pengasuhan dan memberikan edukasi mengenai manfaat pengasuhan bersama dapat mengubah pandangan tradisional yang masih ada. Program-program penyuluhan di tingkat komunitas atau media massa dapat digunakan untuk menyebarluaskan informasi ini.
- Kebijakan Kerja yang Mendukung: Perusahaan dan pemerintah harus menciptakan kebijakan yang mendukung keterlibatan ayah dalam pengasuhan, seperti cuti ayah yang lebih panjang, jam kerja fleksibel, dan kebijakan bekerja dari rumah. Ini akan membantu ayah merasa lebih bebas untuk mengambil peran aktif dalam pengasuhan tanpa merasa khawatir akan kehilangan pekerjaan atau pendapatan.
- Dukungan dari Istri: Istri perlu mendorong dan mendukung suami untuk terlibat dalam pengasuhan anak. Komunikasi yang terbuka dan saling pengertian antara pasangan sangat penting agar suami merasa diterima dan diberdayakan untuk berperan aktif dalam pengasuhan.
- Menghapuskan Stereotip Gender di Media: Media memiliki peran besar dalam membentuk persepsi masyarakat. Menghapuskan stereotip gender di media, terutama yang menggambarkan ayah sebagai "pencari nafkah utama" dan ibu sebagai "pengasuh utama", dapat membantu mengubah pandangan masyarakat tentang peran gender dalam keluarga.
Kesimpulan
Merawat anak bukanlah tugas eksklusif istri, melainkan tanggung jawab bersama yang harus diemban oleh kedua orang tua. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan tidak hanya penting untuk perkembangan anak, tetapi juga untuk kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.Â