Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Menghadapi Tantangan, Ketika Anak Mulai Membantah Orangtua

3 September 2024   06:57 Diperbarui: 4 September 2024   09:05 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Pexels.com/kindelmedia

Dalam proses perkembangan anak, memasuki masa remaja adalah fase yang penuh tantangan bagi orang tua. Salah satu tantangan yang sering dihadapi adalah saat anak mulai menunjukkan sikap membantah. 

Sikap ini seringkali menimbulkan kecemasan dan kebingungan di kalangan orang tua, karena sering dianggap sebagai indikasi bahwa anak tidak menghormati mereka. Namun, membantah bukanlah hal yang harus dipandang negatif secara langsung. 

Sebaliknya, ini bisa menjadi tanda perkembangan psikologis yang penting. Memahami alasan di balik sikap ini dan bagaimana cara yang tepat untuk menanganinya dapat membantu membangun hubungan yang lebih sehat antara orang tua dan anak.

1. Pahami Tahapan Perkembangan Anak

Masa remaja adalah periode perubahan besar, baik secara fisik maupun psikologis. Pada tahap ini, anak mulai mencari identitas diri dan mengembangkan otonomi. 

Menurut Erik Erikson, fase ini dikenal dengan tantangan "Identitas versus Kebingungan Peran." Anak mulai mencoba berbagai peran dan menguji batas-batas, termasuk dengan orang tua mereka. 

Oleh karena itu, sikap membantah bisa jadi merupakan cara mereka untuk mengeksplorasi dan menegaskan diri. Dalam konteks ini, membantah bukan hanya tentang perlawanan, tetapi juga tentang proses pencarian jati diri dan pengembangan kemandirian.

2. Komunikasi Terbuka dan Empati

Komunikasi yang terbuka dan empatik adalah kunci dalam menghadapi sikap membantah anak. Alih-alih merespons dengan kemarahan atau frustrasi, cobalah untuk mendengarkan dengan penuh perhatian. 

Tanyakan kepada anak tentang perasaan mereka dan alasan di balik sikap mereka. Ini tidak hanya membantu mengurangi ketegangan, tetapi juga memberi anak kesempatan untuk merasa didengar dan dimengerti. Pendekatan ini dapat memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak, serta membuka jalan untuk diskusi yang lebih konstruktif.

3. Tetapkan Batas yang Jelas dan Konsisten

Meskipun penting untuk mendengarkan dan memahami anak, menetapkan batas yang jelas tetaplah penting. Batasan ini membantu anak memahami ekspektasi orang tua dan konsekuensi dari tindakan mereka. Namun, penting untuk memastikan bahwa batasan ini diberikan secara konsisten dan dengan alasan yang logis. 

Misalnya, jika ada peraturan tentang jam malam, diskusikan alasan di balik peraturan tersebut dan bagaimana hal itu dapat melindungi kesejahteraan mereka. Konsistensi dan kejelasan membantu anak merasa lebih aman dan mengurangi kecenderungan mereka untuk membantah.

4. Fleksibilitas dan Kemandirian

Meskipun batasan itu penting, memberikan ruang bagi anak untuk membuat keputusan juga krusial. Fleksibilitas dalam menentukan aturan dan memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan usia mereka dapat membantu anak merasa lebih berdaya dan dihargai. 

Misalnya, memberikan anak pilihan dalam hal kegiatan atau tanggung jawab rumah tangga dapat memperkuat rasa kemandirian mereka dan mengurangi kecenderungan untuk membantah. Dengan cara ini, anak merasa lebih terlibat dalam keputusan yang mempengaruhi mereka, dan ini bisa mengurangi konflik.

5. Contohkan Sikap yang Diharapkan

Orang tua juga perlu menjadi contoh yang baik dalam hal komunikasi dan sikap. Jika orang tua menunjukkan sikap yang penuh hormat dan mampu mengelola konflik dengan cara yang sehat, anak akan lebih cenderung untuk meniru perilaku tersebut. 

Misalnya, jika anak melihat orang tua mereka menyelesaikan perbedaan pendapat dengan cara yang konstruktif, mereka akan belajar bahwa membahas masalah dengan tenang adalah cara yang lebih efektif daripada membantah.

6. Pentingnya Dukungan Emosional

Remaja sering kali menghadapi tekanan dari berbagai aspek kehidupan, termasuk teman sebaya, akademik, dan perubahan fisik. Dukungan emosional dari orang tua sangat penting dalam periode ini. 

Menunjukkan empati dan dukungan yang konsisten dapat membantu anak merasa lebih aman dan lebih terhubung dengan orang tua mereka. Ini juga dapat mengurangi rasa frustrasi yang mungkin memicu sikap membantah. 

Menghabiskan waktu berkualitas bersama anak dan menunjukkan ketertarikan pada kegiatan mereka dapat memperkuat hubungan dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

7. Terapkan Pendekatan Positif

Pendekatan positif dapat membantu dalam mengelola sikap membantah anak. Alih-alih fokus pada masalah dan konflik, cobalah untuk memusatkan perhatian pada hal-hal positif dan pencapaian anak. 

Memberikan pujian dan dorongan ketika anak menunjukkan perilaku yang baik dapat memperkuat tindakan positif dan memotivasi mereka untuk terus berperilaku baik. Ini juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung di rumah.

8. Konsultasi dengan Profesional

Jika sikap membantah anak tampak berlebihan atau disertai dengan perilaku yang mengkhawatirkan, mungkin bermanfaat untuk mencari bantuan dari profesional. 

Terapis keluarga atau konselor remaja dapat memberikan wawasan tambahan dan strategi untuk mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif. Mereka dapat membantu keluarga untuk memahami dinamika yang mendasari sikap membantah dan memberikan dukungan dalam menemukan solusi yang efektif.

Kesimpulan

Sikap membantah anak adalah bagian alami dari perkembangan mereka, terutama saat mereka memasuki masa remaja. Dengan memahami alasan di balik sikap ini dan menerapkan pendekatan yang tepat, orang tua dapat mengelola situasi ini dengan lebih efektif. Komunikasi terbuka, konsistensi dalam menetapkan batas, fleksibilitas, dan dukungan emosional adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini. 

Dengan pendekatan yang penuh perhatian dan dukungan yang konsisten, orang tua dapat membantu anak mereka melalui fase ini dengan cara yang positif dan membangun hubungan yang lebih kuat dan sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun