Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dicaci Tidak Rendah Diri, Dipuji Tidak Tinggi Hati, Keseimbangan dalam Menjaga Kepribadian

2 September 2024   22:39 Diperbarui: 2 September 2024   22:41 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: https://hijabq.id)

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu akan berhadapan dengan berbagai bentuk penilaian dari orang-orang di sekitarnya, baik itu berupa kritik maupun pujian. Kadang, kita mendapatkan caci maki yang bisa menjatuhkan semangat, dan di lain waktu, kita menerima pujian yang bisa membuat kita merasa bangga. Menghadapi kedua hal ini dengan bijak merupakan tantangan tersendiri. Pepatah "dicaci tidak rendah diri, dipuji tidak tinggi hati" mengajarkan kita untuk tetap tenang dan tidak tergoyahkan oleh pengaruh eksternal tersebut, menjaga keseimbangan diri dan kepribadian yang kuat.

1. Pentingnya Keseimbangan Emosional

Pertama-tama, penting bagi kita untuk menyadari bahwa baik caci maki maupun pujian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Keduanya merupakan respons alami dari lingkungan terhadap tindakan atau hasil dari apa yang kita kerjakan. Namun, bagaimana kita meresponsnya akan sangat menentukan kualitas hidup kita. Ketika seseorang dicaci, sering kali rasa rendah diri muncul. Hal ini terjadi karena kritik dianggap sebagai tanda kegagalan atau ketidakmampuan. Di sisi lain, pujian yang datang bisa menjadi pedang bermata dua; pujian yang berlebihan bisa menumbuhkan rasa bangga yang berlebihan atau tinggi hati.

Maka, menjaga keseimbangan emosional menjadi penting. Dengan keseimbangan emosional, kita tidak akan terlalu larut dalam perasaan negatif ketika menerima kritik, dan kita juga tidak akan terlalu merasa hebat ketika menerima pujian. Keseimbangan ini bisa dicapai dengan cara memperkuat ketahanan mental dan mengembangkan kepribadian yang tangguh.

2. Menghadapi Caci dengan Kepala Tegak

Caci maki, kritik, atau ejekan bisa menjadi salah satu pengalaman paling tidak menyenangkan dalam hidup. Namun, bagaimana kita merespons caci maki adalah refleksi dari karakter kita. Alih-alih menjadi rendah diri, kita sebaiknya menggunakan kritik tersebut sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Setiap kritik, betapapun menyakitkannya, sering kali memiliki sebutir kebenaran yang bisa kita ambil sebagai pelajaran.

Namun, bukan berarti kita harus menerima semua kritik begitu saja. Ada kalanya kritik disampaikan dengan niat yang buruk atau tanpa dasar yang kuat. Dalam situasi ini, penting bagi kita untuk memilah dan memilih kritik mana yang relevan dan mana yang tidak. Mempertahankan kepala tetap tegak bukan berarti kita menjadi keras kepala, melainkan kita mampu tetap percaya diri dan tidak mudah goyah oleh ucapan orang lain yang tidak benar.

Mengembangkan rasa percaya diri adalah salah satu cara terbaik untuk mengatasi caci maki. Rasa percaya diri ini datang dari pemahaman mendalam tentang diri sendiri, termasuk kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Dengan pemahaman ini, kita bisa tetap fokus pada tujuan hidup kita dan tidak mudah terpengaruh oleh penilaian negatif dari orang lain.

3. Menyikapi Pujian dengan Rendah Hati

Sebaliknya, pujian bisa menjadi hal yang menyenangkan dan bisa menjadi sumber motivasi. Namun, pujian juga bisa menjebak kita ke dalam perangkap kesombongan atau tinggi hati jika tidak disikapi dengan bijak. Ketika menerima pujian, penting bagi kita untuk tetap rendah hati dan menganggap pujian tersebut sebagai bentuk apresiasi, bukan sebagai penanda kehebatan kita.

Rendah hati tidak berarti kita meremehkan pencapaian kita sendiri, melainkan kita menyadari bahwa setiap pencapaian adalah hasil dari kerja keras, dukungan dari orang lain, dan berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap rendah hati membuat kita tetap membumi dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik.

Ada beberapa cara untuk menjaga agar pujian tidak menjadikan kita tinggi hati. Pertama, kita harus selalu ingat bahwa pencapaian adalah hasil dari proses, bukan sekadar keberuntungan atau bakat bawaan. Kedua, kita harus selalu melihat ke belakang, kepada orang-orang yang telah membantu kita mencapai posisi saat ini, dan berterima kasih kepada mereka. Ketiga, kita harus selalu siap untuk belajar lebih banyak dan terus mengasah kemampuan kita, karena di atas langit masih ada langit.

4. Mengembangkan Kekuatan Internal

Agar mampu menghadapi kritik dan pujian dengan cara yang sehat, kita perlu mengembangkan kekuatan internal. Kekuatan internal adalah ketahanan mental yang memungkinkan kita tetap stabil dan kuat di tengah badai pujian maupun caci maki. Salah satu cara untuk mengembangkan kekuatan internal adalah dengan membangun self-awareness atau kesadaran diri. Dengan memahami siapa diri kita, apa tujuan kita, dan apa nilai-nilai yang kita anut, kita akan lebih mampu menghadapi berbagai penilaian dengan sikap yang bijak.

Selain itu, meditasi dan refleksi diri juga bisa membantu mengembangkan kekuatan internal ini. Melalui meditasi, kita bisa lebih fokus pada perasaan dan pikiran kita sendiri, belajar mengendalikan emosi, dan merespons setiap situasi dengan cara yang lebih tenang dan bijaksana.

5. Pentingnya Lingkungan yang Positif

Lingkungan juga memainkan peran penting dalam membantu kita untuk tetap seimbang dalam menghadapi kritik dan pujian. Lingkungan yang positif, yang didominasi oleh orang-orang yang mendukung dan memahami, akan sangat membantu kita untuk tetap merasa dihargai dan tidak mudah terpengaruh oleh penilaian negatif. Sebaliknya, lingkungan yang toksik, penuh dengan orang-orang yang suka mengkritik tanpa dasar, hanya akan menambah beban mental kita.

Oleh karena itu, kita perlu memilih lingkungan yang sehat, di mana kita bisa bertumbuh dan belajar dari orang-orang yang berpikiran positif. Lingkungan ini bisa berupa teman-teman, keluarga, atau komunitas yang memiliki pandangan hidup yang sejalan dengan kita.

6. Mengambil Hikmah dari Setiap Pengalaman

Baik kritik maupun pujian adalah bagian dari pembelajaran hidup. Dari kritik, kita belajar tentang kelemahan dan bagaimana cara memperbaikinya. Dari pujian, kita belajar tentang kelebihan kita dan bagaimana cara mempertahankannya. Intinya, baik kritik maupun pujian adalah pelajaran yang berharga, yang dapat membantu kita untuk terus berkembang dan menjadi versi terbaik dari diri kita.

Dalam menjalani hidup, kita tidak bisa menghindari caci maki maupun pujian. Keduanya akan selalu ada sebagai bagian dari interaksi kita dengan orang lain. Namun, dengan sikap yang bijaksana dan kekuatan internal yang kuat, kita bisa menghadapi keduanya tanpa menjadi rendah diri atau tinggi hati. Mari terus belajar untuk dicaci tanpa merasa rendah diri, dan dipuji tanpa menjadi tinggi hati, sehingga kita bisa menjalani hidup dengan lebih bermakna dan bahagia.

Kesimpulan

Menjadi pribadi yang bijaksana dalam menghadapi kritik dan pujian adalah kemampuan yang sangat berharga. Sikap ini memungkinkan kita untuk tetap fokus pada tujuan, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal eksternal, dan selalu berusaha menjadi lebih baik. Dengan menjaga keseimbangan antara rendah diri dan tinggi hati, kita bisa menciptakan kehidupan yang lebih damai, bahagia, dan bermakna. Kuncinya adalah selalu mengembangkan diri, memiliki kesadaran diri yang kuat, dan terus belajar dari setiap pengalaman yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun