Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Warisan Cinta Ibu, Cinta Seorang Ibu yang Abadi

25 Agustus 2024   20:24 Diperbarui: 25 Agustus 2024   20:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil yang tenang dan damai, hiduplah seorang anak bernama Arif. Sejak kecil, Arif tinggal bersama ayahnya yang merupakan seorang petani sederhana. Ibunya, menurut cerita yang sering didengar Arif dari para tetangga, telah meninggal dunia ketika dia masih bayi. Ayahnya jarang berbicara tentang sang ibu, dan setiap kali Arif bertanya, ayahnya hanya tersenyum samar, seolah ada sesuatu yang disembunyikan.

Meski begitu, Arif selalu merasa ada kekosongan dalam hidupnya. Ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang membuat hatinya merindu meski ia tak tahu apa yang dirindukannya. Hari-hari berlalu, dan perasaan itu semakin kuat ketika Arif beranjak remaja. Hingga suatu hari, ia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang ibu kandungnya.

Awal Pencarian

Arif yang kini berusia 15 tahun, memutuskan untuk bertanya kepada ayahnya sekali lagi tentang ibunya. Malam itu, di bawah sinar rembulan yang redup, Arif memberanikan diri untuk mendekati ayahnya yang tengah duduk di depan rumah sambil menikmati secangkir kopi.

"Ayah," Arif memulai dengan hati-hati, "bisakah Ayah ceritakan lebih banyak tentang Ibu?"

Ayahnya menatapnya dengan tatapan lembut, tetapi ada bayang-bayang kesedihan yang tidak dapat disembunyikan. "Nak, Ayah tahu ini sulit bagimu. Tapi Ayah tidak banyak tahu tentang ibumu. Dia wanita yang baik, itu yang bisa Ayah katakan."

Arif merasa tak puas dengan jawaban itu. "Tapi, Ayah... Aku ingin tahu lebih banyak. Dimana Ibu sekarang? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Ayahnya menarik napas panjang dan menatap jauh ke kegelapan malam. "Ibumu... dia meninggal saat kamu masih sangat kecil, Arif. Ayah tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Itu masa lalu yang kelam, dan Ayah tidak ingin kamu merasa sedih karena itu."

Namun, bagi Arif, penjelasan itu hanya menambah rasa penasarannya. Setelah malam itu, dia memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut sendiri. Arif mulai bertanya-tanya kepada para tetangga, berharap mendapatkan petunjuk. Dari satu rumah ke rumah lainnya, dia terus bertanya, namun jawabannya selalu sama mereka tidak tahu banyak tentang ibunya, dan kebanyakan hanya mengatakan bahwa dia adalah wanita yang baik.

Sebuah Petunjuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun