Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Keluarga Miskin, antara Kenyang atau Gizi Seimbang

23 Agustus 2024   13:17 Diperbarui: 23 Agustus 2024   13:18 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan keluarga miskin sering kali dihadapkan pada berbagai dilema, salah satunya adalah dilema antara memenuhi kebutuhan dasar makan dan memperhatikan kandungan gizi makanan yang dikonsumsi. Di tengah himpitan ekonomi yang sulit, bagi banyak keluarga miskin, pilihan untuk memastikan ada makanan di atas meja setiap hari sering kali lebih penting daripada mempertimbangkan kualitas nutrisi dari makanan tersebut. Hal ini menciptakan situasi yang kompleks, di mana kelangsungan hidup menjadi prioritas utama, namun dalam jangka panjang, kesehatan anggota keluarga dapat terancam.

Ketidakpastian Ekonomi dan Prioritas Makan

Kehidupan keluarga miskin sering kali ditandai oleh ketidakpastian ekonomi. Penghasilan yang tidak tetap, pekerjaan serabutan, dan beban biaya hidup yang tinggi membuat banyak keluarga harus hidup dari hari ke hari, bahkan dari jam ke jam. Dalam kondisi seperti ini, memastikan ada makanan di atas meja menjadi prioritas utama. Bagi mereka, yang penting perut terisi, rasa kenyang tercapai, dan keluarga tidak kelaparan.

Makanan yang terjangkau bagi keluarga miskin sering kali adalah yang murah dan mudah didapat, seperti nasi, mie instan, gorengan, atau makanan berlemak lainnya. Makanan-makanan ini memang dapat mengisi perut, namun sering kali rendah nutrisi dan tinggi kalori. Akibatnya, meski perut kenyang, tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti malnutrisi, obesitas, dan penyakit kronis lainnya.

Gizi dan Dampak Jangka Panjang

Gizi yang seimbang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, terutama bagi anak-anak. Kekurangan gizi dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental anak-anak. Mereka yang tumbuh dalam lingkungan yang kekurangan gizi cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, rentan terhadap penyakit, dan mengalami keterlambatan dalam perkembangan kognitif serta motorik.

Namun, memahami pentingnya gizi dalam situasi ekonomi yang sulit bukanlah hal yang mudah. Bagi banyak keluarga miskin, mengutamakan asupan gizi seimbang terasa seperti kemewahan yang sulit dijangkau. Pilihan makanan sehat sering kali lebih mahal dan sulit diakses, baik karena keterbatasan keuangan maupun karena kurangnya pengetahuan tentang pentingnya gizi. Akibatnya, banyak keluarga yang terjebak dalam siklus di mana mereka harus memilih antara makan dengan kenyang atau makan dengan nutrisi yang cukup, dan sering kali mereka memilih yang pertama.

Pendidikan dan Kesadaran Gizi

Salah satu cara untuk mengatasi dilema ini adalah dengan meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya gizi, terutama di kalangan keluarga miskin. Program-program pemerintah dan LSM yang fokus pada pendidikan gizi dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang bagaimana memilih makanan yang sehat dan bergizi meskipun dengan anggaran yang terbatas.

Misalnya, memanfaatkan bahan makanan lokal yang murah namun kaya nutrisi seperti sayuran, kacang-kacangan, atau ikan. Selain itu, mengedukasi masyarakat tentang cara mengolah makanan dengan benar agar kandungan gizinya tetap terjaga juga penting. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gizi, keluarga miskin dapat membuat pilihan yang lebih sehat tanpa harus mengorbankan kebutuhan dasar mereka.

Program Pemerintah dan Dukungan Sosial

Peran pemerintah dan organisasi sosial juga sangat penting dalam menangani masalah ini. Program-program bantuan pangan seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) atau Program Keluarga Harapan (PKH) dapat memberikan bantuan langsung kepada keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. Namun, program ini perlu diperkuat dengan penyediaan informasi dan pendidikan tentang gizi agar bantuan yang diberikan tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar makan, tetapi juga memperbaiki kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi.

Selain itu, perlu ada upaya untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap makanan sehat dengan harga terjangkau. Ini bisa dilakukan dengan mendorong pertanian lokal yang berfokus pada produksi bahan pangan yang kaya gizi, serta dengan menyediakan pasar-pasar lokal yang menawarkan harga yang lebih murah bagi keluarga miskin. Inisiatif seperti kebun keluarga atau program urban farming juga bisa menjadi solusi untuk membantu keluarga miskin mendapatkan sumber makanan sehat dan bergizi dengan biaya yang lebih rendah.

Dilema yang Tak Kunjung Usai

Meskipun upaya-upaya tersebut sangat penting, dilema antara yang penting makan daripada memperhatikan gizinya tetap menjadi realitas yang dihadapi oleh banyak keluarga miskin. Hingga masalah ketidaksetaraan ekonomi yang mendasar dapat diatasi, banyak keluarga akan terus dihadapkan pada pilihan yang sulit ini.

Solusinya tidak hanya terletak pada intervensi jangka pendek, tetapi juga pada upaya jangka panjang untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup keluarga miskin. Ini termasuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, meningkatkan upah, serta menyediakan layanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau. Dengan demikian, keluarga miskin tidak hanya bisa memastikan ada makanan di atas meja, tetapi juga makanan yang bergizi yang dapat mendukung kesehatan dan kesejahteraan mereka dalam jangka panjang.

Penutup

Dilema antara memenuhi kebutuhan makan dan memperhatikan gizi makanan adalah masalah kompleks yang dihadapi oleh banyak keluarga miskin. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, pilihan untuk mengutamakan makan demi mengisi perut sering kali lebih realistis dibandingkan dengan memperhatikan kandungan gizi. Namun, untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi sosial, dan masyarakat itu sendiri, untuk meningkatkan pendidikan gizi, memperluas akses terhadap makanan sehat, dan mengurangi ketidaksetaraan ekonomi yang mendasari masalah ini. Hanya dengan demikian, keluarga miskin dapat keluar dari siklus ketidakcukupan gizi dan membangun masa depan yang lebih sehat dan lebih sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun