"Pak, apakah engkau tahu di mana aku bisa menemukan Tuhan?" tanya Bima.
Pengusaha itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Aku telah mencari kebahagiaan dan makna dalam kekayaan, tetapi aku masih merasa kosong. Mungkin Tuhan bukan di sini, bukan dalam kekayaan dunia."
Bima mulai menyadari bahwa Tuhan mungkin tidak ditemukan dalam kekayaan atau kemewahan. Dia melanjutkan perjalanannya ke sebuah kuil di puncak gunung. Di kuil itu, dia bertemu dengan seorang biksu yang hidup dalam keheningan dan meditasi.
"Biksu, apakah engkau tahu di mana aku bisa menemukan Tuhan?" tanya Bima.
Biksu itu membuka matanya dan berkata, "Tuhan ada dalam keheningan. Dia ada dalam setiap napas yang kita ambil, dalam setiap momen keheningan dan kedamaian batin."
Bima mulai merasa bahwa mungkin Tuhan ada dalam keheningan dan meditasi. Namun, dia masih merasa ada yang kurang. Dia memutuskan untuk kembali ke desanya, berharap menemukan jawaban yang lebih dalam.
Di perjalanan pulang, Bima bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang bermain dengan riang di tepi sungai. Anak itu tampak begitu bahagia dan polos.
"Adik, apakah engkau tahu di mana aku bisa menemukan Tuhan?" tanya Bima dengan lembut.
Anak kecil itu tertawa dan berkata, "Tuhan ada di mana-mana! Dia ada di dalam hatiku, di dalam hatimu, dan di dalam semua yang ada di sekitarku. Lihatlah, dia ada di air sungai ini, di langit biru, dan di setiap senyuman."
Bima terdiam sejenak, merenungkan kata-kata anak kecil itu. Dia mulai menyadari bahwa mungkin Tuhan benar-benar ada di mana-mana, dalam setiap momen, dalam setiap napas, dalam setiap makhluk hidup, dan dalam setiap keajaiban alam.
Dengan hati yang penuh kedamaian, Bima pulang ke desanya. Dia tidak lagi mencari Tuhan di tempat-tempat jauh atau dalam hal-hal materi. Dia mulai merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan sehari-harinya, dalam cinta, kebaikan, kerja keras, rasa syukur, dan keheningan batin.