Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menikah Bukan Tentang Usia, tapi Tentang Kesiapan

20 Agustus 2024   05:54 Diperbarui: 20 Agustus 2024   10:49 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: https://www.fimela.com)

Menikah adalah salah satu keputusan paling penting dalam hidup seseorang, namun sering kali dibebani dengan berbagai pandangan sosial dan budaya yang mendikte kapan waktu yang tepat untuk menikah. Di banyak masyarakat, terdapat norma yang mengaitkan usia tertentu dengan kesiapan untuk menikah. Pria dan wanita didorong untuk menikah pada usia yang dianggap "ideal," yaitu di akhir 20-an atau awal 30-an. 

Pandangan ini sering kali menyebabkan tekanan sosial bagi individu yang belum menikah pada usia tersebut, seolah-olah ada sesuatu yang salah dengan mereka. Namun, semakin banyak orang yang mulai menyadari bahwa menikah bukanlah masalah umur, melainkan masalah kesiapan, kematangan, dan kesesuaian dengan pasangan.

Kesiapan Mental dan Emosional

Pernikahan adalah sebuah komitmen seumur hidup yang menuntut kesiapan mental dan emosional yang matang. Kesiapan ini tidak selalu sejalan dengan usia. Ada orang yang, meskipun sudah mencapai usia 30-an, masih belum siap untuk menikah karena berbagai alasan pribadi seperti karier, pendidikan, atau bahkan belum menemukan pasangan yang cocok. 

Di sisi lain, ada juga yang merasa siap menikah di usia 20-an karena sudah merasa stabil dalam berbagai aspek kehidupan. Kesiapan ini melibatkan kemampuan untuk berkomunikasi, kompromi, dan berempati dengan pasangan---keterampilan yang tidak datang begitu saja dengan bertambahnya usia, tetapi melalui pengalaman hidup dan pembelajaran.

Pandangan Sosial tentang Usia dan Pernikahan

Masyarakat sering kali menetapkan standar tertentu tentang usia ideal untuk menikah. Di banyak budaya, wanita diharapkan menikah lebih awal daripada pria, dengan anggapan bahwa mereka memiliki batasan usia biologis untuk melahirkan anak. 

Pria, di sisi lain, mungkin diberi lebih banyak waktu untuk "mempersiapkan diri" secara finansial sebelum menikah. Namun, pandangan ini mulai berubah seiring dengan meningkatnya kesadaran bahwa setiap individu memiliki perjalanan hidup yang unik.

Tekanan sosial untuk menikah pada usia tertentu dapat menyebabkan keputusan yang tergesa-gesa dan tidak dipertimbangkan dengan matang. Banyak orang yang merasa terpaksa menikah hanya karena tekanan dari keluarga atau teman sebaya, bukan karena mereka benar-benar merasa siap. 

Hal ini dapat berujung pada pernikahan yang tidak bahagia atau bahkan perceraian. Oleh karena itu, penting untuk menghilangkan stigma tentang umur dan fokus pada kesiapan individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun