Bayu mencari-cari di sekitar ruangan, dan akhirnya menemukan sebuah kunci yang tergeletak di bawah tumpukan buku tua. Dengan tangan gemetar, dia membuka peti itu. Di dalamnya, terdapat beberapa dokumen kuno, surat-surat yang telah usang, dan sebuah benda kecil yang dibungkus kain merah. Bayu mengambilnya dan membuka kain itu dengan hati-hati.
Di dalamnya terdapat sebuah liontin emas yang indah. Benda itu tampak sangat berharga, dan Bayu yakin inilah yang dicari oleh pria misterius dalam catatan Pak Angkasa. Namun, saat dia menyentuh liontin itu, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari atas, seolah-olah sesuatu atau seseorang sedang bergerak di lantai atas.
Bayu merasa ada yang tidak beres. Dia segera menyimpan liontin itu di saku, lalu kembali naik ke lantai atas. Ketika dia sampai di ruang tamu, dia terkejut melihat seorang pria tua berdiri di tengah ruangan. Pria itu memiliki tatapan dingin dan wajahnya yang pucat membuat bulu kuduk Bayu merinding.
"Siapa Anda?" tanya Bayu dengan suara yang bergetar.
Pria itu tidak menjawab. Dia hanya menatap Bayu dengan mata yang penuh amarah. "Keluarkan liontin itu. Liontin itu milik keluargaku," katanya dengan suara parau.
Bayu merasa ada sesuatu yang salah. Dia mencoba berbicara, "Apakah Anda yang datang ke rumah ini sebelum keluarga Angkasa menghilang?"
Pria itu mengangguk pelan. "Mereka mencuri liontin itu dariku. Keluargaku telah lama mencari benda itu, dan ketika aku menemukannya di sini, sudah terlambat. Keluarga Angkasa telah menghilang karena kutukan yang tertanam dalam liontin itu. Dan sekarang, kutukan itu akan menimpa siapa saja yang memilikinya."
Bayu merasa takut, tapi dia tahu bahwa dia tidak bisa mundur sekarang. "Aku akan mengembalikan liontin ini jika Anda memberitahuku bagaimana menghentikan kutukan ini."
Pria itu tertawa sinis. "Kutukan itu tidak bisa dihentikan, tapi bisa dipindahkan. Kembalikan liontin itu kepadaku, dan aku akan menanggung beban kutukan ini. Namun, jika kau tidak mengembalikannya, kau akan mengalami nasib yang sama seperti keluarga Angkasa."
Bayu merasakan tekanan yang sangat besar. Dia tahu bahwa ini mungkin satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya dan mungkin orang lain. Dengan tangan gemetar, dia mengeluarkan liontin itu dan menyerahkannya kepada pria tua tersebut.
Saat pria itu mengambil liontin itu, dia mengucapkan sesuatu dalam bahasa yang tidak dimengerti Bayu. Dalam sekejap, pria itu menghilang, meninggalkan rumah itu dalam kesunyian yang mencekam.