Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rizky Sang Pahlawan Desa, Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah

16 Agustus 2024   08:48 Diperbarui: 16 Agustus 2024   08:55 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, dengan semakin populernya Kampung Cendana, muncul juga tantangan baru. Desa yang dulu terpencil dan tenang kini menjadi tujuan bagi banyak orang, termasuk para investor yang melihat potensi untuk mengembangkan wisata alam di daerah tersebut. Beberapa perusahaan menawarkan untuk membangun fasilitas wisata di sekitar air terjun, termasuk penginapan, restoran, dan jalur pendakian. Bagi sebagian penduduk, ini terdengar seperti peluang besar untuk meningkatkan perekonomian desa, tetapi bagi yang lain, ada kekhawatiran bahwa pembangunan besar-besaran akan merusak keindahan alam dan mengganggu kehidupan desa yang damai.

Kepala desa memutuskan untuk mengadakan musyawarah besar, mengundang seluruh penduduk untuk membahas masa depan Kampung Cendana. Rizky, yang selama ini menjadi inspirasi dan pemimpin informal bagi desa, diharapkan memberikan pendapatnya. Dalam pertemuan itu, perdebatan pun terjadi. Ada yang berpendapat bahwa pembangunan adalah hal yang baik karena akan membawa kemajuan dan lapangan kerja. Namun, ada juga yang merasa khawatir bahwa desa akan kehilangan identitas dan keindahan alaminya.

Rizky, yang mendengarkan dengan cermat semua pendapat, akhirnya angkat bicara. "Saya memahami keinginan untuk maju dan memanfaatkan peluang yang ada," katanya dengan tenang. "Namun, kita harus bijaksana. Desa kita ini sangat berharga, bukan hanya karena listrik atau kemajuan lainnya, tetapi karena keindahan alamnya dan kebersamaan kita. Kita harus menemukan cara untuk maju tanpa merusak apa yang kita miliki."

Dia lalu mengusulkan sebuah solusi kompromi: mengembangkan desa sebagai destinasi ekowisata yang berkelanjutan. "Kita bisa membuka desa untuk para wisatawan, tetapi dengan syarat mereka datang untuk menikmati alam, bukan untuk merusaknya," lanjut Rizky. "Kita bisa membuat peraturan ketat tentang pembangunan dan perlindungan lingkungan, serta memastikan bahwa penduduk desa yang mendapat manfaat terbesar dari wisata ini, bukan orang luar."

Pendapat Rizky disambut dengan antusias oleh banyak orang. Mereka merasa bahwa dengan cara ini, desa mereka bisa berkembang tanpa kehilangan jati dirinya. Mereka sepakat untuk memulai dengan langkah-langkah kecil, seperti membangun homestay di rumah-rumah penduduk dan membentuk kelompok-kelompok pemandu wisata lokal yang akan mengajarkan para pengunjung tentang pentingnya menjaga alam.

Kampung Cendana pun perlahan-lahan berubah menjadi desa ekowisata. Wisatawan mulai berdatangan, tidak hanya untuk melihat pembangkit listrik tenaga air, tetapi juga untuk menikmati keindahan alam yang terjaga dengan baik. Para pemuda desa menjadi pemandu wisata, mengajak para pengunjung berjalan-jalan di hutan, mendaki gunung, dan belajar tentang flora dan fauna lokal. Penduduk desa yang lain mulai membuka usaha kecil-kecilan, seperti kerajinan tangan dan makanan tradisional, yang dijual kepada para wisatawan.

Dengan bertambahnya pendapatan dari pariwisata, desa semakin makmur. Sekolah-sekolah didirikan, fasilitas kesehatan ditingkatkan, dan akses jalan diperbaiki. Namun, yang paling penting, penduduk desa tetap menjaga semangat kebersamaan dan gotong royong yang telah membawa mereka pada kesuksesan ini.

Rizky, meskipun sering harus bepergian untuk berbagi pengalamannya dengan desa-desa lain, selalu kembali ke Kampung Cendana. Dia selalu merasa bahwa di sinilah rumahnya, di tengah-tengah orang-orang yang bekerja keras untuk menjaga dan mengembangkan desa mereka dengan cara yang berkelanjutan. Dia juga terus mengembangkan pembangkit listrik tenaga air, menambahkan teknologi baru yang dia pelajari dari perjalanannya, dan memastikan bahwa desa tidak hanya berkembang secara ekonomi, tetapi juga secara teknis.

Waktu berlalu, dan Rizky semakin dikenal sebagai tokoh nasional. Dia menerima banyak penghargaan atas usahanya dalam memberdayakan desa dan mempromosikan ekowisata yang berkelanjutan. Namun, bagi Rizky, penghargaan terbesar adalah melihat desanya terus berkembang dan tetap menjaga jati diri serta keindahan alamnya.

Suatu hari, ketika duduk di tepi sungai yang mengalir deras, di tempat di mana ide besarnya pertama kali muncul, Rizky merenungkan perjalanan panjang yang telah dia lalui. Dari seorang pemuda yang hanya ingin membantu desanya mendapatkan listrik, hingga menjadi pemimpin yang menginspirasi banyak orang di seluruh negeri, perjalanan Rizky penuh dengan tantangan, tetapi juga penuh dengan kepuasan.

Air terjun itu masih mengalir deras, memutar turbin yang menghasilkan listrik bagi Kampung Cendana. Tapi bagi Rizky, air terjun itu bukan hanya sumber energi; itu adalah simbol dari semangat yang tak pernah padam, semangat untuk terus maju, berinovasi, dan menjaga apa yang berharga. Dan selama air terjun itu tetap mengalir, Rizky tahu bahwa desanya akan terus bersinar, bukan hanya karena cahaya listrik, tetapi karena cahaya harapan dan kebersamaan yang telah mereka bangun bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun