Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saya yang Kelaparan Saat Kuliah Selama 3 Hari, Pentingnya Rasa Empati dan Peduli dengan Sesama

15 Agustus 2024   10:02 Diperbarui: 15 Agustus 2024   10:24 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar:https://seriau.com)

Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, saya pernah mengalami masa-masa yang tidak akan pernah saya lupakan. Sebagai seorang mahasiswa yang merantau jauh dari rumah, saya selalu berusaha mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. 

Namun, ada saat-saat di mana keadaan tidak berpihak kepada saya, dan salah satunya adalah ketika saya harus berjuang melawan rasa lapar selama tiga hari berturut-turut. Ironisnya, di tengah keramaian kampus dan hiruk-pikuk mahasiswa lain, tidak ada satu pun yang tahu atau peduli dengan apa yang saya alami.

Awal dari Segalanya

Baca juga: Tiada yang Peduli

Kejadian ini bermula saat saya mengalami kesulitan keuangan yang cukup parah. Saya waktu itu masih semester pertama, sehingga belum banyak kenalan. Orang tua saya sudah meninggal sejak saya masih usia 6 tahun, jadi yatim piatu sejak kecil. Selama pendidikan SD sampai SMA, saya tinggal dengan Paman di desa. 

Ketika saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, Paman telah mengingatkan saya kalau saya kuliah, beliau tidak mampu membiayai karena selain keluarga Paman yang kategori miskin saat itu, beliau juga punya tanggungan anak 3 orang yang masih kecil-kecil. Saya memakluminya, dan saya bertekad saya harus kuliah apapun yang terjadi.

Untuk mengatasi kesulitan keuangan yang cukup parah itu, Saya mencoba untuk mencari pekerjaan paruh waktu, tetapi saat itu banyak mahasiswa yang juga mencari pekerjaan, sehingga persaingan menjadi sangat ketat. Beberapa kali saya gagal mendapatkan pekerjaan, dan situasi semakin memburuk. Tabungan saya menipis, dan akhirnya habis sama sekali. Tanpa ada uang, saya mulai mengurangi porsi makan hingga pada akhirnya tidak ada lagi yang bisa dimakan.

Hari Pertama: Bertahan dengan Air

Hari pertama saya tanpa makanan adalah hari yang penuh dengan ketidakpastian. Saya masih bisa menghadapi situasi dengan optimisme, berpikir bahwa mungkin esok hari keadaan akan membaik. Sepanjang hari, saya hanya mengandalkan air putih untuk mengisi perut yang kosong. Saya mencoba mengalihkan rasa lapar dengan belajar, tetapi sulit untuk berkonsentrasi ketika perut terus merintih.

Saya juga merasa malu untuk meminta bantuan kepada teman-teman saya. Di satu sisi, saya tidak ingin mereka tahu bahwa saya sedang kesulitan. Di sisi lain, saya merasa bahwa meminta bantuan adalah tanda kelemahan, padahal seharusnya saya bisa mandiri. Perasaan terjebak antara harga diri dan kebutuhan ini membuat saya semakin terpuruk.

Hari Kedua: Rasa Lapar yang Tak Tertahankan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun